benuanta.co.id, TARAKAN – Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tarakan menghadapi tantangan rendahnya kesadaran masyarakat nonpermanen untuk melapor dalam pendataan kependudukan.
Untuk mengatasinya, Disdukcapil melakukan pendataan langsung melalui program jemput bola sebagai bagian dari Gerakan Sadar Pendaftaran Penduduk Nonpermanen (GASPEND) yang melibatkan seluruh kelurahan.
Kepala Disdukcapil Tarakan, Hery Purwono, S.STP, mengatakan rendahnya kesadaran warga pendatang untuk mendaftarkan diri menjadi hambatan utama dalam memperkuat akurasi data kependudukan. Padahal, setiap pendatang yang menetap sementara di Kota Tarakan wajib melakukan pendaftaran ke Disdukcapil.
“Kami melihat masih rendahnya kesadaran penduduk nonpermanen untuk melapor. Padahal ini bagian dari GASPEND yang sedang kami dorong bersama seluruh kelurahan,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).
Menurut Hery, pendataan penduduk nonpermanen penting untuk mendukung kebijakan pembangunan daerah yang berbasis data. Data kependudukan yang akurat dibutuhkan agar program pemerintah di sektor pendidikan, kesehatan, hingga sosial tepat sasaran.
Sejak program GASPEND dijalankan, Disdukcapil melakukan pemetaan terhadap sebaran warga nonpermanen di sejumlah kelurahan, terutama di kawasan padat pendatang. Dari hasil awal, diperoleh gambaran distribusi warga pendatang dan strategi pendekatan yang sesuai untuk menjangkau mereka.
“Respon masyarakat cukup baik setelah sosialisasi GASPEND dilakukan,” kata Hery.
Namun, pelaksanaan di lapangan masih menemui sejumlah kendala. Petugas sering kesulitan menemui warga karena banyak yang bekerja di luar rumah dan sulit dijadwalkan. Sebagian warga juga enggan didata karena menganggap prosesnya rumit atau khawatir status domisili utamanya berubah.
“Tantangan utama biasanya waktu dan kesediaan warga untuk ditemui. Tapi setelah dijelaskan bahwa ini hanya pendataan sederhana dan tidak memengaruhi domisili utama, mereka mulai terbuka,” jelasnya.
Selain itu, keterbatasan jumlah petugas juga menjadi kendala dalam menjangkau seluruh wilayah. Disdukcapil berupaya menyesuaikan strategi jemput bola agar proses pendataan tetap berjalan efektif.
“Tantangan lainnya adalah keterbatasan SDM petugas untuk menjangkau wilayah yang luas dalam waktu singkat,” tambahnya.
Disdukcapil memastikan program jemput bola tetap berlanjut dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Hery menyebut program ini bertujuan menumbuhkan budaya sadar lapor di masyarakat agar penduduk nonpermanen dapat melapor tanpa menunggu petugas datang.
“Program jemput bola ini akan terus dilanjutkan dan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Harapannya, warga nonpermanen nantinya bisa melapor dengan kesadaran sendiri,” katanya.
Hery menegaskan, keberhasilan GASPEND tidak hanya diukur dari jumlah warga yang terdata, tetapi juga dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelaporan kependudukan.
“Kalau semua warga sadar pentingnya lapor, maka kebijakan publik pun akan lebih tepat sasaran,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Endah Agustina







