benuanta.co.id, TARAKAN – Universitas Borneo Tarakan menggelar kuliah umum bertema ‘Etika Berpikir dalam Demokrasi’ pada Senin (27/10/2025), yang menghadirkan Akademikus sekaligus Filsuf Indonesia, Rocky Gerung.
Rocky Gerung, mengawali materinya dengan pandangan khas tentang hubungan antara berpikir, etika, dan demokrasi. Ia menilai, demokrasi tidak akan hidup tanpa kebebasan berpikir yang sehat. “Demokrasi bukan sekadar soal memilih pemimpin, tapi soal merawat akal sehat dan akal sehat hanya tumbuh ketika kita berani berpikir,” tuturnya.
Bung Rocky (sapaan akrabnya) menjelaskan, berpikir etis berarti menguji setiap ide dengan tanggung jawab moral, bukan sekadar keberanian untuk berbeda. Menurutnya, banyak orang hari ini berani berbicara, tapi lupa berpikir dengan etika.
“Berpikir itu tindakan moral. Kalau kau berhenti berpikir, kau sedang melakukan dosa intelektual,” katanya.
Dalam paparannya, ia juga menyinggung kondisi demokrasi Indonesia yang menurutnya sedang kehilangan arah karena menurunnya kualitas nalar publik. Ia mengajak mahasiswa untuk menjadi bagian dari kelompok yang merawat rasionalitas di tengah derasnya arus informasi.
“Tugas mahasiswa bukan ikut gaduh di media sosial, tapi mengembalikan akal sehat publik. Demokrasi kita butuh mereka yang mau berpikir, bukan yang sekadar beropini,” tandasnya.
Bung Rocky menekankan universitas adalah ruang paling sah untuk melatih kebebasan berpikir. Ia mengingatkan, kampus seharusnya menjadi tempat di mana perbedaan gagasan dihargai, bukan dicurigai.
“Kampus bukan pabrik ijazah, tapi laboratorium berpikir. Kalau mahasiswa takut berpikir, maka universitas gagal menjalankan fungsinya,” ucapnya.
Menutup kuliah umumnya, Rocky mengajak seluruh mahasiswa untuk menjadikan etika berpikir sebagai fondasi dalam berpartisipasi di kehidupan demokratis. Ia menegaskan bahwa berpikir kritis tanpa etika hanya akan melahirkan kebingungan sosial.
“Jangan takut berpikir, tapi pastikan pikiranmu punya tanggung jawab moral. Di situ letak bedanya antara kritik dan kebencian,” pungkasnya.
Sesi kuliah umum yang berlangsung selama sekitar dua jam ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung hangat. Para mahasiswa antusias mengajukan pertanyaan seputar etika publik, kebebasan akademik, hingga peran pemuda dalam menjaga demokrasi. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Endah Agustina







