Cara Akurat Deteksi Stroke, Aneurisma, dan Kelainan Pembuluh Darah lewat Teknologi DSA

benuanta.co.id, TARAKAN – Tindakan Digital Subtraction Angiography (DSA) kini membuka peluang besar bagi dunia medis di Kalimantan Utara untuk mendiagnosa berbagai penyakit pembuluh darah otak secara cepat dan akurat.  RSUD dr. H. Jusuf SK menjadi rumah sakit pertama di wilayah ini yang berhasil melaksanakan DSA dengan hasil optimal.

Dokter Spesialis Saraf, dr. Anthony Gunawan, Sp.N, FINA, mengungkapkan DSA dapat mendiagnosa beragam kelainan pembuluh darah yang memicu gangguan serius seperti stroke, pendarahan otak, hingga aneurisma.

“DSA ini membantu kita mengetahui secara pasti jenis dan lokasi kelainan pembuluh darah otak,” ungkapnya, Senin (27/10/2025).

Ia menjelaskan, dari hasil DSA, dokter bisa mendeteksi sumbatan pembuluh darah besar yang menyebabkan stroke iskemik, penggembungan pembuluh darah (aneurisma) yang berisiko pecah, hingga malformasi arteri-vena, yaitu hubungan abnormal antara arteri dan vena di otak.

Baca Juga :  RSUD dr. H. JSK Miliki Layanan MCU yang Lengkap dan Fleksibel, Diminati Swasta hingga Instansi Pemerintah

“Kalau ditemukan sumbatan, kita bisa lanjutkan dengan tindakan mekanikal trombektomi untuk menarik sumbatan itu,” jelasnya.

Selain itu, DSA juga dapat digunakan pada pasien dengan stroke kronis yang mengalami penyempitan akibat plak kolesterol. “Kalau penyempitannya sudah di atas 50 persen, kita bisa pasang cincin atau stent di pembuluh darah otak agar aliran darahnya lancar,” terangnya.

Prosedur ini juga membantu menangani kasus pendarahan otak akibat aneurisma. “Kalau ada pembuluh darah yang pecah karena aneurisma, kita bisa lakukan tindakan endovaskular coiling memasukkan alat khusus untuk menutup pembuluh darah tersebut,” ujarnya.

dr. Anthony juga menyoroti tren stroke kini mulai bergeser ke usia muda. Ia menyebutkan penyebabnya antara lain pola hidup tidak sehat, konsumsi makanan cepat saji, dan merokok.

Baca Juga :  RSUD dr. H. JSK Miliki Layanan MCU yang Lengkap dan Fleksibel, Diminati Swasta hingga Instansi Pemerintah

“Sekarang pasien stroke di usia 30–40 tahun makin banyak, bahkan pasien kita kemarin usianya 29 tahun. Pola hidup modern membuat risiko stroke meningkat. Dulu stroke dianggap penyakit usia tua, tapi sekarang tidak lagi,” tukasnya.

Senada dengan itu, Spesialis neurologi fellow neurointervensi RSUD dr. H Jusuf SK, dr. Angelika Lestari, M.Biomed, Sp.N, FINA, menjelaskan DSA juga membantu mengidentifikasi penyebab stroke yang tidak umum, termasuk pada pasien muda dengan kelainan genetik atau trauma.

“Ada juga kasus pembuluh darah robek akibat cedera leher, misalnya saat bermain olahraga seperti padel,” katanya.

Menurutnya, pasien stroke mendominasi kasus DSA di RSUD dr. H. Jusuf SK, mencapai 70 persen dari total pemeriksaan. “Sisanya adalah kasus lain seperti vertigo berat, pusing berputar, atau kecurigaan adanya sumbatan di pembuluh darah belakang kepala,” tambahnya.

Baca Juga :  RSUD dr. H. JSK Miliki Layanan MCU yang Lengkap dan Fleksibel, Diminati Swasta hingga Instansi Pemerintah

dr. Angelika menambahkan keberadaan alat DSA membuat diagnosis jauh lebih presisi dibandingkan metode lama seperti MRI, MRA, atau CTA. “Kalau CTA dan MRI masih bisa menampilkan jaringan otak lain, DSA ini hanya fokus pada pembuluh darah sehingga hasilnya jauh lebih detail,” tegasnya.

Dengan adanya DSA, ia berharap deteksi dini terhadap penyakit pembuluh darah otak bisa dilakukan lebih luas di Kaltara.

“Sekarang kalau ada pasien dengan keluhan pusing berat atau vertigo, kita tidak lagi menebak, tapi bisa pastikan lewat DSA apakah ada penyumbatan,” tutupnya. (*)

Reporter: Eko Saputra 

Editor: Endah Agustina

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *