benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan menemukan program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai memberikan dampak nyata terhadap ekonomi rumah tangga di Tarakan. Program ini tidak hanya meningkatkan gizi anak-anak sekolah, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal dari sisi konsumsi dan lapangan kerja.
Kepala BPS Tarakan, Umar Riyadi, menyampaikan hasil survei tahap pertama dan kedua menunjukkan MBG tidak mengurangi pengeluaran konsumsi rumah tangga, melainkan menambah aktivitas ekonomi masyarakat.
“Program MBG bukan pengganti konsumsi rumah tangga, tetapi menjadi tambahan. Anak-anak tetap makan di rumah dan juga mendapat porsi dari sekolah,” ungkapnya, Rabu (15/10/2025).
Ia menjelaskan, satu dapur MBG mampu mengelola anggaran sekitar Rp1 miliar per bulan dengan melibatkan 40 hingga 45 pekerja. Pada November 2025, diperkirakan ada 10 dapur MBG yang akan beroperasi di Tarakan. Jumlah tersebut akan melayani sekitar 16 ribu siswa dari total target 58 ribu siswa penerima manfaat.
Selain memberikan lapangan kerja baru, MBG juga mendorong permintaan terhadap bahan pangan lokal. Komoditas seperti sayur-mayur dan ikan kini lebih banyak terserap oleh dapur MBG, sehingga menciptakan efek berganda bagi petani dan pelaku usaha mikro.
“Ini jelas menggerakkan permintaan. Kalau satu dapur saja butuh bahan baku dalam jumlah besar, apalagi kalau sudah 10 atau 15 dapur,” ujar Umar.
BPS mencatat, survei MBG meliputi tiga aspek utama yakni dapur pelaksana, pihak sekolah, dan penerima manfaat. Survei ini digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan menu, pasokan bahan, dan persepsi siswa terhadap program tersebut.
Hasil awal menunjukkan sebagian besar siswa tetap mendapat uang saku dari orang tua meski sudah mendapatkan makan siang gratis dari sekolah.
Umar menilai, fenomena ini menunjukkan daya beli masyarakat tidak berkurang, bahkan meningkat karena konsumsi bertambah.
“Anak-anak tetap jajan, tetap belanja, artinya MBG ini menambah konsumsi, bukan mengganti,” jelasnya.
Ia menambahkan, tantangan ke depan adalah menjaga kestabilan pasokan bahan pangan lokal agar dapur MBG dapat beroperasi secara berkelanjutan. Selain itu, tata niaga dan harga komoditas perlu dikelola agar nilai satu porsi makan bergizi tetap efisien.
“Kita harus pastikan pasokan cukup dan harga kompetitif, supaya nilai gizi dan kualitas makanan tetap terjaga,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa







