benuanta.co.id, NUNUKAN– Sejumlah kerajinan tangan khas Suku Dayak Agabag ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Nunukan ke-26 dalam Festival Budaya Daerah dan Paras Fest yang digelar di GOR Dwi Kora Nunukan.
Wakil Ketua Adat Besar Dayak Agabag Nunukan, Koman menyampaikan, kerajinan tangan yang dipamerkan merupakan hasil kerajinan tradisional Dayak Agabag dari kelompok usaha kerajinan anyaman yang ada di 5 kecamatan di Kabudaya.
Hasil kerajinan ini bukan hanya sebuah hasil buah tangan dari para pengrajin, namun mengadung makna budaya dan adat istiadat leluhur yang terus dilestarikan hingga saat ini.
“Kita ingin tunjukan kepada masyarakat Kabupaten Nunukan agar hasil kerajinan ini dapat dikenal luas, dibeli dan digunakan oleh khalayak umum sebagai ciri khas dari daerah kita,” kata Koman.
Uniknya, hasil kerajinan ini dibuat langusung oleh masyarakat Dayak Agabag yang lansia serta anak-anak muda yang dibina untuk meneruskan kerjaninan khas suku asli kalimantan ini.
Untuk proses pengerjaannya bisa memakan waktu satu hingga dua bulan. Hal ini lantaran pengerjaannya masih dilakukan manual dan menggunakan bahan olahan serta pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Dalam pameran kali ini, kerajinan yang ditampilkan seperti tas anyaman dari bahan rotan, tikar, baju adat khas Dayak Agabag.
Pakaian adat berwarna coklat dan berwarna hitam yang digunakan pada saat acara pernikhan adat Dayak Agabag, warna hitam dan warna cokelat dalam pakaian adat ini disertai dengan ukiran batik yang disebut dengan Sinumandak dan Tiningolun dengan manik berwarna warni.
Baju adat terbuat dari kulit kayu putul, serta terbuat dari kain berwarna hitam pada zaman dahulu terbuat dari arang bekas pembakaran dan dimaknai sebagai penangkis bahaya atau celaka. Sedangkan ukiran Babatik Tiningolun dilambangkan oleh masyarakat suku Dayak Agabag sebagai Angayaou artinya kekuatan. Dengan manik berwarna warni kuning, hijau merah dan putih.
“Semuanya dilakukan manual, dimulai dari pengambilan kayu setelah itu direndam selama satu minggu agar bahan kayu lembek sehingga mudah diolah. Setelah bahan sudah siap digunakan selanjutnya dilakukan pengupasan dengan hati-hati lalu dijemur. Kemudian kalau sudah kering dipukul-pukul dengan hati-hati agar menghasilkan serbuk kayu yang berkualitas. Setelah itu serbuk tersebut dicuci, dijemur kemudian dicetak menjadi baju. Semuanya kita lakukan dengan manual bahkan untuk bahan pewarnaannya,” bebernya.
Dalam pameran kali ini, Koman mengaku jika hasil karya kerajinan lebih banyak yang ditampilkan. Selain tas anyaman dan baju adat, pihaknya juga menampilkan batik khas Kabudaya. Koman berharap, dengan adanya pameran ini, masyarakat Nunukan dapat melirik dan membeli hasil kerajinan Dayak Agabag.
“Selain untuk melestarikan adat Dayak Agabag, dengan adanya pameran ini juga dapat meningkatakan perekonomian dari masyarakat. Untuk harganya sendiri bervariasi mulai dari harga Rp 100 ribu,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu Pemuda Adat Dayak Agabag di Kabudaya, Lidwina Santi menyampaikan, di tengah gempuran produk dengan brand besar yang berasal dari Pulau Jawa hingga bahan dari luar negeri, ia menginginkan kerajinan dengan khas Agabag dapat digunakan juga oleh masyarakat umum di Kabupaten Nunukan.
“Dengan kita memakai baju adat, tas dari kerajinan rotan dan perhiasan adat seperti ini baik itu dalam event-event atau kegiatan masyarakat kita sudah ikut andil memperkenalakan budaya kita. Kemudian kita juga bisa melakukan promosi di media sosial dan media massa,” ungkap Santi.
Dikatakannya, selain memeperkenalkan budaya dengan menggunakan kerajinan khas adat, ini juga dapat memacu semangat dari para pengrajin untuk terus menghasilkan kerajinan-kerajinan yang masih dilakukan secara tradisonal ini. Dalam pameran kali ini, masyarakat Dayak Agabag juga memamerkan Iluy makan khas Dayak agabag yang terbuat dari bahan singkong.
“Harapan saya, semoga masyarakat Nunukan semuanya mau membeli, memakai produk-produk lokal dan mempromosikannya daripada menggunakan tas atau pakaian yang bermerk. Dengan begitu kita bisa memperkenalkan ke luar kekayaan alam yang kita miliki seperti rotan,” harapnya.
Ia juga berharap masyarakat Adat Dayak Agabag dapat terus mengerjakan kerajinan khas Dayak serta kepada kaum muda Adat Dayak Agabag agar mau ikut belajar mengerjakan kerajinan yang sudah ditekuni nenek moyang mereka sejak dahulu kala. (*)
Reporter: Novita A.K
Editor: Endah Agustina







