benuanta.co.id, TARAKAN – Prosesi penurunan Padaw Tuju Dulung menjadi puncak perayaan Iraw Tengkayu ke-XIV tahun 2025 di Kota Tarakan. Tradisi adat ini menjadi simbol rasa syukur masyarakat Tidung sekaligus bentuk penghormatan kepada leluhur. Kegiatan berlangsung dalam suasana penuh keakraban dan keharmonisan, dihadiri ribuan masyarakat, tokoh adat, pelajar, pemuda, serta jajaran pemerintah daerah.
Walikota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes., menyampaikan apresiasi besar kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam menyukseskan festival budaya tersebut. Tradisi yang menjadi kebanggaan masyarakat Paguntaka ini dinilai sebagai wujud pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya Iraw Tengkayu dengan penuh semangat,” ujarnya, Ahad (12/10/2025).
Apresiasi khusus juga diberikan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, forum koordinasi pimpinan daerah, tokoh adat, budayawan, dan masyarakat Tarakan. Pemerintah kota menilai dukungan lintas sektor tersebut menjadi kunci keberlangsungan festival budaya ini.
“Terima kasih atas perhatian dan partisipasi semua pihak,” ucapnya.
Sejak tahun 2022, pelaksanaan Iraw Tengkayu mengalami perubahan dari dua tahun sekali menjadi agenda tahunan. Pemerintah Kota (Pemkot) menyebut hal ini sebagai bukti keseriusan dalam menjaga keberlangsungan tradisi agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Perubahan ini menunjukkan komitmen untuk melestarikan budaya,” katanya.
Dalam prosesi puncak, penurunan Padaw Tuju Dulung menjadi momen sakral yang dinanti masyarakat. Perahu hias ini dirancang dengan tiga cabang haluan dan tujuh tingkat bertingkat, merepresentasikan filosofi perjalanan hidup manusia yang berulang dalam tujuh hari. “Padaw Tuju Dulung adalah simbol rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur,” jelasnya.
Prosesi ini diiringi oleh 14 orang pemikul, 5 orang pawang dari Lembaga Adat Tidung Ulun Pagun Tarakan, serta 20 pemain hadrah dari Sanggar Seni Musik Hadrah Tengara Mamburungan. Selain itu, sebanyak 157 penari dan pemusik turut memeriahkan acara dengan koreografi yang digarap oleh Sanggar Budaya Tradisional Paguntaka.
“Semua unsur budaya Tarakan dilibatkan dalam prosesi ini,” paparnya.
Pemkot juga memberikan apresiasi kepada pelaku UMKM dan panitia pelaksana yang turut memeriahkan perayaan. Kehadiran berbagai unsur masyarakat dari berbagai kecamatan menjadi bukti kuatnya semangat kebersamaan. “Inilah wujud harmoni dalam keberagaman,” ucapnya.
Prosesi penurunan Padaw Tuju Dulung tidak hanya menjadi simbol adat, tetapi juga atraksi budaya yang memperkaya pariwisata daerah. Pemerintah kota menilai kegiatan ini sebagai salah satu cara memperkuat identitas Tarakan sebagai kota budaya dan kota jasa yang berdaya saing.
“Kami ingin Tarakan terus berkembang sebagai kota cerdas dan sejahtera,” tukasnya.
Selain unsur pemerintah, masyarakat juga menunjukkan antusiasme tinggi terhadap prosesi adat ini. Asry Rianti, salah satu warga Tarakan, mengaku bangga melihat pelaksanaan tradisi yang meriah. “Say sebagai warga Tidung setiap tahun selalu merinding lihat Padaw diturunkan, ini bukan sekadar acara, tapi warisan,” ujarnya.
Sementara itu, Hamdan, warga lainnya, mengaku senang mengikuti seluruh rangkaian prosesi Iraw Tengkayu karena suasananya meriah dan banyak hiburan. “Tariannya bikin merinding, prosesi Padaw yang hikmat, juga jajanan UMKM yang ramai bikin kita antusias,” tandasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli







