Obat Pelangsing Bukan Jawaban: Rahasia Turun Berat Badan Aman Ada di Diet dan Olahraga

benuanta.co.id, TARAKAN – Menurunkan berat badan bukan sekadar urusan penampilan, tetapi juga kesehatan. Di zama sekarang, banyak orang ingin cepat langsing tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi tubuh.

Dokter Spesialis Gizi RSUD dr. H. Jusuf SK, dr. Husnul Khatimah, Sp.GK., menegaskan penurunan berat badan harus dilakukan secara aman dan terukur dengan mengatur pola makan seimbang serta diiringi aktivitas fisik yang rutin. Menurutnya kunci utama menurunkan berat badan adalah menjaga keseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar.

“Kita butuh nutrisi untuk menjalankan fungsi sehari-hari, tapi kalau berlebihan akan menumpuk menjadi lemak,” jelasnya.

Ia menjelaskan, kebutuhan gizi harus mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam porsi seimbang agar tidak menimbulkan kekurangan maupun kelebihan gizi. Untuk menurunkan berat badan secara aman, pola makan atau diet harus diatur berdasarkan prinsip gizi seimbang.

“Dalam satu piring itu sudah diatur porsinya, misalnya seperenam untuk karbohidrat, sepertiga untuk lauk, dan seperenam untuk sayur,” ungkapnya.

Ia menambahkan, konsumsi air putih juga penting delapan gelas sehari untuk orang normal guna membantu metabolisme tubuh. Makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah juga disarankan agar pencernaan lancar dan kadar gula lebih terkontrol.

Selain diet, olahraga menjadi komponen penting dalam proses penurunan berat badan. dr. Husnul menyarankan olahraga ringan seperti jalan kaki selama 30–60 menit per hari, lima kali seminggu.

“Sebenarnya jalan kaki saja sudah cukup, asal rutin. Mulai dari 15 menit dulu, lalu tingkatkan bertahap,” katanya.

Ia menekankan olahraga tidak perlu ekstrem, yang penting dilakukan dengan konsisten dan disesuaikan dengan kemampuan tubuh agar tidak menimbulkan risiko kesehatan. Namun, ia mengingatkan pula diet tanpa aktivitas fisik juga tidak efektif.

“Kalau hanya mengatur makan tanpa gerak, otot tidak terbentuk. Sebaliknya kalau olahraga tapi makannya sembarangan, juga percuma,” tegasnya.

Keseimbangan antara keduanya akan membantu tubuh membakar lemak lebih efisien sekaligus mempertahankan massa otot, sehingga terhindar dari kondisi sarkopenia atau penurunan massa otot akibat kurang aktivitas dan asupan gizi. Mengenai penggunaan obat pelangsing, dr. Husnul menilai langkah tersebut hanya boleh dilakukan dengan pengawasan dokter dan pada kondisi tertentu.

“Biasanya obat mulai diberikan pada pasien obesitas tingkat dua, atau yang sudah gagal dengan diet konvensional,” terangnya.

dr. Husnul membeberkan, pemberian obat harus sesuai indikasi medis karena penggunaan sembarangan dapat menyebabkan efek samping serius bagi organ tubuh seperti ginjal dan hati. Sedangkan untuk metode ekstrem seperti sedot lemak atau operasi bariatrik, dr. Husnul mengingatkan agar masyarakat tidak menjadikannya sebagai solusi utama.

“Sedot lemak hanya mengurangi lemak di bawah kulit, bukan menyembuhkan pola hidup yang salah,” tuturnya.

Ia menjelaskan tanpa perubahan pola makan dan gaya hidup, berat badan bisa naik kembali bahkan lebih tinggi dari sebelumnya dikenal sebagai efek yoyo. Ia juga menyoroti pentingnya kesadaran dan kesiapan mental sebelum menjalani program penurunan berat badan.

“Dalam melakukan program penurunan berat badan, hal yang paling penting adalah niat dan disiplin. Kalau niat belum kuat seringkali program akan gagal, dan akhirnya akan kembali ke kondisi semula. Mengubah pola hidup termasuk kebiasaan makan itu butuh waktu,” lanjutnya.

Seringnya, yang ingin menjalankan program penurunan berat badan karena adanya faktor pemicu seperti hasil laboratorium yang memburuk atau motivasi pribadi bisa menjadi pendorong seseorang lebih konsisten menjalani pola hidup sehat.

“Tapi kalau mau dikatakan terlambat, ya iya. Sudah diabetes, atau sudah ada penyakit metabolik lain baru mau mulai. Tapi ya tidak apa. Dengan perubahan pola hidup termasuk pola makan dan aktivitas fisik, kondisi kesehatan dan hasil laboratorium yang jelek tadi bisa diperbaiki. Namun tentu harus dilakukan dengan terapi gizi yang dipersonalisasi,” tutupnya. (*)

Reporter: Eko Saputra
Editor: Endah Agustina

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *