benuanta.co.id, BULUNGAN – Hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) mencatat produksi padi di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada 2024 mengalami lonjakan signifikan. Total produksi mencapai 30.080 ton gabah kering giling (GKG), atau meningkat 27,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara Mas’ud Rifa’i mengatakan, puncak panen pada 2024 terjadi lebih awal, yakni di bulan Januari, dengan luas panen 2.313 hektare dan produksi mencapai 8.267 ton GKG. Angka ini sedikit bergeser dari 2023, ketika puncak panen jatuh pada Februari dengan hasil 6.797 ton. Sebaliknya, periode terendah panen berlangsung pada April dengan luas panen hanya 114 hektare dan produksi 406 ton GKG.
“Secara total, luas panen padi sepanjang 2024 mencapai 8.282 hektare, naik sekitar 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” sebut Mas’ud sapaannya.
Kabupaten Nunukan tercatat sebagai penopang utama dengan kontribusi lebih dari 40 persen terhadap produksi padi Kaltara. Bersama Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau, ketiganya menyumbang luas panen terbesar pada 2024. Luas panen di Nunukan mencapai 12.153 hektare, Bulungan 11.933 hektare, dan Malinau 5.674 hektare.
Namun, tak semua daerah mengalami peningkatan. Kabupaten Tana Tidung dan Kota Tarakan justru mencatat penurunan luas panen dibandingkan 2023, masing-masing turun 62 hektare dan 4 hektare. Dampaknya, produksi padi di dua wilayah ini juga menurun.
Meski sempat terjadi penurunan produksi pada Juni 2024—turun 354 ton dibandingkan tahun sebelumnya—lonjakan besar terjadi pada Desember. Pada bulan itu, produksi meningkat 2.330 ton dibandingkan Desember 2023.
Jika dikonversikan menjadi beras, produksi padi Kaltara pada 2024 setara dengan 17.832 ton beras. Angka ini naik 27,45 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 13.992 ton. Produksi beras terbesar juga terjadi di Januari, mencapai 4.901 ton.
Kenaikan ini menegaskan posisi Nunukan, Bulungan, dan Malinau sebagai sentra produksi padi utama di Kaltara, sekaligus memberi optimisme pada ketahanan pangan daerah di tengah tantangan iklim dan dinamika pertanian yang terus berubah. (*)
Reporter: Ike Julianti
Editor: Ramli







