benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tarakan telah merampungkan tahap awal pendataan anak-anak dari keluarga kurang mampu yang akan mengikuti program Sekolah Rakyat.
Sebanyak 150 anak masuk dalam daftar awal, sementara kuota yang tersedia hanya untuk 100 anak, 50 orang untuk jenjang SD dan 50 orang untuk jenjang SMP. Ketua Pelaksana BAZNAS Kota Tarakan, Syamsi Sarman menjelaskan, pendataan dilakukan secara ketat dan hati-hati karena nantinya akan diverifikasi kembali oleh tim dari Kementerian Sosial (Kemensos) pusat.
“Kita siapkan lebih banyak dari jumlah kuota karena kemungkinan ada yang tidak memenuhi syarat atau tidak bersedia. Verifikasi faktual dari pusat akan sangat menentukan, jadi data awal ini kita buat seakurat mungkin,” ujar Syamsi, Sabtu (5/7/2025).
Ia mengakui salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan anak-anak itu sendiri. Meskipun orang tua setuju, belum tentu anak-anak, terutama yang masih kecil, bersedia tinggal di lingkungan Sekolah Rakyat yang bersifat boarding atau berasrama.
“Kalau anak-anak SD, usianya masih kecil, dan ini sifatnya boarding. Secara psikologis bisa jadi mereka belum siap. Ini yang menjadi catatan kita. Kita sudah data, sudah minta persetujuan orang tua, tapi keputusan akhir tetap kembali ke anak-anak,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan penolakan atau ketidaksesuaian syarat, BAZNAS juga telah menyusun daftar cadangan berdasarkan urutan pendaftaran. Semua anak yang lolos akan dimasukkan sebagai siswa kelas 1, tanpa memperhatikan apakah mereka pernah sekolah sebelumnya atau tidak.
“Kalau ada yang pernah sekolah lalu berhenti, tetap akan kita tetapkan sebagai kelas 1. Tidak ada sistem pindahan. Bahkan kalau usia mereka sudah lewat dari batas usia SD (maksimal 8 tahun), akan kita arahkan ke program paket. Ini juga supaya tidak terganggu secara psikologis,” jelasnya.
Menurutnya, verifikasi dilakukan dengan mempertimbangkan banyak aspek. Tidak hanya dilihat dari fisik rumah, tapi juga dari penghasilan, jumlah tanggungan anak, serta riwayat putus sekolah dalam keluarga.
“Kadang rumah kontrakan terlihat bagus, tapi ternyata keluarga itu hanya menumpang atau tidak punya penghasilan tetap. Atau hanya dua anak tapi keduanya putus sekolah, itu masuk pertimbangan kita. Jadi bukan hanya dari tampilan,” tegasnya.
BAZNAS juga menjaring calon siswa dari berbagai sumber data, termasuk dari data kelurahan dan data internal. Bahkan mereka yang belum sesuai domisili KTP juga tetap dipertimbangkan.
“Kita ingin bantu sebanyak mungkin yang memang membutuhkan, meski tidak semua sesuai dengan alamat di KTP. Yang penting mereka betul-betul masuk kategori keluarga tidak mampu dan memenuhi syarat program,” ungkapnya.
Tahap selanjutnya adalah verifikasi faktual yang akan dilakukan secara langsung ke rumah masing-masing calon siswa. Tim BAZNAS dan Dinas Sosial akan turun bersama tim dari Kemensos untuk memastikan kelayakan peserta.
“Kami akan jalankan proses ini seketat mungkin. Karena jumlahnya terbatas, harus benar-benar tepat sasaran. Tidak boleh ada yang lolos hanya karena data tidak valid,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Ramli