benuanta.co.id, NUNUKAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nunukan merilis data terbaru terkait perkembangan inflasi di wilayahnya untuk bulan Juni 2025. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pasar, inflasi bulanan (month-to-month/mtm) tercatat sebesar 0,32 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang berada di angka 0,19 persen.
Kepala BPS Kabupaten Nunukan, Iskandar Ahmaddien, dalam konferensi pers di Kantor BPS Nunukan pagi tadi, menyampaikan bahwa inflasi Juni utamanya didorong oleh kenaikan harga pada komoditas pangan laut dan penyesuaian tarif energi rumah tangga.
“Secara umum, tingkat inflasi Kabupaten Nunukan masih dalam rentang yang terkendali. Namun, dinamika harga pangan laut seperti ikan bandeng dan ikan layang, serta penyesuaian tarif air minum, menjadi kontributor utama inflasi bulan ini,” kata Iskandar, Rabu (2/7/2025).
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Nunukan mencapai 2,23 persen, sedangkan secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025 (year-to-date/ytd), tercatat sebesar 1,78 persen. Komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi tahunan antara lain ikan bandeng (ikan bolu), nasi dengan lauk, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, serta sigaret kretek mesin.
Sementara untuk inflasi bulanan, selain ikan layang dan ikan bandeng, komoditas lain yang mengalami kenaikan harga adalah tomat, beras, dan tarif air minum PAM. Di sisi lain, sejumlah komoditas justru mengalami penurunan harga, memberikan dampak deflasi, seperti cabai rawit, kangkung, tempe, tahu mentah, dan sabun deterjen bubuk.
Jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Kalimantan Utara, inflasi Kabupaten Nunukan menunjukkan angka yang relatif lebih tinggi. Inflasi gabungan Kalimantan Utara tercatat sebesar 0,07 persen (mtm) dan 1,38 persen (yoy). Kota Tarakan bahkan mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan, sementara Tanjung Selor mencatat inflasi bulanan sebesar 0,06 persen.
Iskandar menambahkan, kondisi geografis dan logistik turut berperan dalam memengaruhi pergerakan harga. “Kondisi geografis, pasokan logistik, serta ketergantungan terhadap komoditas tertentu di wilayah perbatasan seperti Nunukan menjadi faktor penting dalam fluktuasi harga-harga, terutama menjelang akhir semester pertama ini,” ujarnya.
BPS Nunukan menyatakan komitmennya untuk terus menyediakan data statistik yang akurat dan terpercaya guna mendukung perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah. Iskandar menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, pelaku pasar, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga.
“Inflasi yang terkendali menjadi indikator penting dalam menjaga daya beli masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Iskandar. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Yogi Wibawa