DPRD Kaltara Dorong Pendidikan Komunitas dan Transformasi Digital di Daerah Terpencil

benuanta.co.id, BULUNGAN – Pemerataan akses pendidikan di Kalimantan Utara (Kaltara) masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama di wilayah perbatasan dan terpencil yang belum sepenuhnya terjangkau layanan pendidikan formal.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPRD  Kalimantan Utara, Vamelia, menegaskan perlunya penguatan pendekatan pendidikan berbasis komunitas serta digitalisasi layanan belajar yang inklusif.

Menurut Vamelia, pendidikan nonformal memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dan relevansi dengan kebutuhan nyata masyarakat.

Baca Juga :  Komisi I DPRD Dukung Polda Tingkatkan Kesadaran dan Kepatuhan Berlalu Lintas

Oleh karena itu, ia mendorong agar kebijakan pendidikan di setiap tingkatan, memberi ruang lebih besar bagi model pembelajaran alternatif ini.

“Pendidikan nonformal perlu mendapat ruang lebih luas dalam kebijakan karena fleksibel dan menyentuh kebutuhan riil warga,” ujarnya, (24/6/2025).

Ia menambahkan, pendekatan berbasis komunitas menjadi sangat relevan di daerah-daerah yang secara geografis sulit dijangkau dan minim infrastruktur pendidikan.

Melalui peran aktif masyarakat, pendidikan bisa berlangsung lebih adaptif, tanpa bergantung sepenuhnya pada sistem sekolah formal.

Baca Juga :  Pentingnya Pemetaan SDM untuk Kemajuan Kaltara ke Depan

Selain itu, Vamelia menekankan pentingnya transformasi digital dalam sektor pendidikan. Digitalisasi, menurutnya, tidak hanya membuka peluang akses yang lebih luas, tetapi juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait kesiapan infrastruktur dan kapasitas sumber daya manusia di daerah.

“Digitalisasi layanan belajar harus didukung kebijakan yang mampu menjembatani kesenjangan, agar tidak memperlebar jurang akses antara daerah maju dan tertinggal,” jelas Vamelia.

Baca Juga :  Komisi I DPRD Dukung Polda Tingkatkan Kesadaran dan Kepatuhan Berlalu Lintas

Ia juga mendorong adanya revitalisasi satuan pendidikan nonformal serta penguatan program-program prioritas yang menyasar langsung masyarakat di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Menurutnya, integrasi antara pendidikan formal, nonformal, dan teknologi digital perlu dikelola dengan pendekatan yang adil dan partisipatif.

“Revitalisasi itu penting agar satuan pendidikan nonformal bisa menjawab dinamika sosial dan ekonomi masyarakat, terutama di perbatasan,” pungkasnya. (*)

Reporter: Ikke

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *