Polisi dan Mimpi Kecil: Menyalakan Asa di Tengah Lingkaran Gelap

Penulis: Endah Agustina

DI UJUNG Utara Indonesia, tepatnya di Kalimantan Utara (Kaltara), ada sebuah nama wilayah yang selama bertahun-tahun menjadi momok. Selumit Pantai, wilayah pesisir di Kota Tarakan yang akrab disebut ‘Mall Narkoba’. Mendengar nama wilayah Selumit Pantai, stigma masyarakat Tarakan tak lain adalah wilayah peredaran narkotika. Stigma ini bukan tanpa alasan. Di RT 9, 10, 12, dan 13, kehidupan bergantung pada perputaran uang dari peredaran narkotika.

Dampak yang luar biasa ditimbulkan. Anak-anak tumbuh besar dalam lingkungan yang mengenalkan kata ‘sabu’ sebelum mereka mengenal aksara. Di tempat inilah, kehidupan dan kejahatan tumbuh berdampingan.

Polisi seraya tak pernah absen menciduk pengedar serbuk kristal putih di wilayah tersebut. Peredaran narkotika terjadi begitu masif. Lebih menyeramkan, hampir serupa aktivitas sosial masyarakat sekitar yang ketergantungan kepada perputaran uang haram tersebut. Geografis pesisir yang dihuni masyarakat tingkat menengah ke bawah, juga menjadi pelengkap mencekamnya wilayah Selumit Pantai.

Namun, pada pertengahan 2024, arah cerita Selumit Pantai perlahan berubah. Sebuah pendekatan baru dibawa oleh sosok Irjen Pol Hary Sudwijanto, Kapolda Kaltara yang baru dilantik saat itu. Dikenal karena pengalamannya dalam bidang Reserse, Hary memilih jalan berbeda dalam penanganan permasalahan narkotika di Selumit Pantai. Yaitu penanganan humanis namun menyentuh akar masalah sosial. Harapan baru muncul di Selumit.

Sasarannya bukan hanya para bandar kelas kakap, tapi anak-anak generasi penerus yang masih punya kesempatan untuk diselamatkan. Hary ingin menyalakan asa anak-anak di tengah lingkungan yang keras. Lewat tangan-tangan lembut namun tegas para Polisi Wanita (Polwan) Polres Tarakan membulatkan tekat membawa secercah harapan bagi Selumit Pantai. Langkah mereka dimulai pada Januari 2025. Pendekatan dilakukan bukan dengan senjata, tetapi dengan permainan, pendidikan, dan keteladanan. Meski bermodal niat mulia, kehadiran para Polwan awalnya disambut sinis oleh masyarakat sekitar.

Baca Juga :  Polda Kaltara Klarifikasi Penangkapan Pelaku Narkoba: Komitmen Polri Berantas Narkoba Tanpa Pandang Bulu

Apa boleh buat, cita-citanya mengubah Kampung Narkoba menjadi Kampung Tematik Warna-warni, yang dimulai dari anak usia dini. Suatu cita-cita tulus yang dibungkus pengabdian untuk sosial. Langkah tersebut diambil untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa agar tidak turut serta berada di lingkaran gelap peredaran.

Salah satu Tim Penggerak Program Perubahan Karakter Anak dan Pendidikan di Wilayah Selumit Pantai, IPTU Juani Aing mengungkapkan anak yang putus sekolah berada di kisaran 21 anak. “Kita terus melakukan pendekatan, awalnya kita lakukan patroli dulu bersama Shabara juga. Lalu Polwan masuk, kita lihat dulu situasinya seperti apa, memang tempatnya tidak ramah anak. Karena kumuh, kotor dan penduduk yang tinggal di situ secara perekonomian di bawah standar,” jelasnya.

Sebagai pemimpin Tim Penggerak Program Perubahan Karakter Anak di Selumit Pantai, Juani dan timnya mendata 52 anak usia 10–15 tahun yang kurang mendapat perhatian. Dari jumlah itu, 21 anak dipastikan putus sekolah, sebagian karena dibully, sebagian lain karena orang tua tak mampu, atau bahkan tak memiliki pekerjaan. Setelah mendapatkan data yang matang, Polwan Polres Tarakan bergerak untuk mengunjungi Selumit Pantai setiap harinya. Semangat para Polwan tak surut. Di tengah padatnya tugas sebagai anggota Polri, mereka hadir setiap hari. Bukan untuk menangkap, melainkan untuk bermain dan mendengarkan.

Baca Juga :  Kapolda Kaltara Hadiri Syukuran HUT ke-26 PP Polri Tahun 2025

Lambat laun, ketakutan berubah menjadi kepercayaan. Seragam cokelat yang dulu ditakuti kini menjadi simbol harapan. Dan dari anak-anak, para Polwan mendengar cerita memilukan yang jadi kenyataan sehari-hari.

Juani menceritakan kondisi anak di bawah umur yang tidak tabu lagi ketika mendengar kata ‘sabu’. Satu di antara mereka berkata kepada polisi, jika Selumit Pantai adalah ‘Pabrik Narkoba’ di Kaltara. Pengakuan itu pun tak membuat Polwan kaget dan menjadi hal yang lumrah karena aktivitas narkotika memang dilakukan secara terang-terangan.

Tak lagi tabu, kata ‘sabu’ adalah celotehan umum bagi anak-anak di sana. Tapi itu berubah. Sejak Januari hingga pertengahan tahun 2025, Polwan Polres Tarakan tak pernah gentar dalam mengabdi. Menciptakan situasi yang ramah anak. Perlahan namun pasti. Ruang bermain pun mulai dibangun. Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) berdiri, mewarnai kampung yang dulu hanya penuh warung narkoba. “Setiap Senin sampai Kamis kita lakukan pendampingan mengaji di TPA, dan itu rutin. Selain pengajian kita juga melakukan pendampingan bermain voli. Itu setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu untuk mengetahui bakat mereka,” ungkap wanita yang kini menjabat sebagai Kapolsek Tarakan Timur itu.

Tidak hanya itu, anak-anak juga diajak berwisata ke Hutan Mangrove, merasakan naik kapal patroli Ditpolairud, dan dikenalkan pada seni dan bela diri. Polri juga menggali potensi yang ada di dalam diri anak-anak Selumit Pantai. Kini pencarian bakat itu mulai dilakukan dengan pendampingan latihan Karate dan Menari. Kapolda Hary Sudwijanto, yang juga Ketua Umum Ikanas Kaltara, bahkan turun langsung dengan membagikan 75 set baju karate anak-anak.

Baca Juga :  Polda Kaltara Klarifikasi Penangkapan Pelaku Narkoba: Komitmen Polri Berantas Narkoba Tanpa Pandang Bulu
KEAKRABAN: Momen keakraban Polwan bersama anak-anak Selumit Pantai. (DOK: HUMAS POLRES TARAKAN)

Upaya tersebut berbuah nyata. Polri berhasil mengubah Texas Timbunan menjadi Kampung Tematik Warna-warni. Keberhasilan itu juga terlihat saat anak-anak Selumit Pantai mulai hafal lantunan bunyi surah pendek Al-Quran, berani berinteraksi bahkan tampil di pentas seni. Yang paling membanggakan, 21 anak putus sekolah telah dikoordinasikan untuk kembali belajar di tahun ajaran baru.

Perubahan bukan hanya terlihat dari anak-anak, tetapi juga angka penyalahgunaan narkoba yang menurun drastis. Pada 2024, Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Tarakan mencatat 500 penyalahguna di Selumit Pantai. Namun hingga pertengahan 2025, hanya 30 orang yang tercatat. Modus-modus kejahatan barang terlarang itu perlahan menghilang. Hingga pertengahan 2025, Satreskoba Polres Tarakan juga belum menemukan adanya kasus peredaran baru di Selumit Pantai.

Kini, tempat yang dulu dijuluki ‘Texas’-nya Tarakan berubah wajah menjadi Kampung Tematik Warna-warni, proyek yang segera akan diresmikan sebagai simbol kemenangan harapan atas keputusasaan.

Di tengah lingkaran gelap, mimpi kecil anak-anak Selumit Pantai menyala. Hal ini menjadi bukti nyata dari komitmen Polda Kaltara yang mampu menyeret Selumit Pantai keluar dari bayang-bayang barang terlarang. Melalui tangan-tangan para Polwan dan dukungan komunitas, telah membuktikan bahwa mengentaskan kejahatan bisa dimulai dari sebuah pelukan dan harapan. Itulah yang menjadi wajah baru di Selumit Pantai. (*)

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *