benuanta.co.id, TARAKAN – Meski fasilitas di kawasan wisata Pantai Ratu Intan Tarakan terus dikembangkan, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Tarakan mengakui tantangan utama saat ini adalah menarik minat pengunjung dan mengisi kawasan tersebut dengan aktivitas ekonomi dan sosial yang hidup.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata (PDIP), Syahrun, S.T., menjelaskan Disbudporapar membuka pintu selebar-lebarnya bagi pelaku usaha lokal, pegiat komunitas, hingga masyarakat umum yang ingin turut mengisi dan meramaikan destinasi wisata ini.
“Kita sangat terbuka. Siapa saja pelaku usaha lokal, komunitas kreatif, atau pegiat pariwisata yang ingin ikut mengisi dan memanfaatkan area Pantai Ratu Intan, silakan. Kami membuka kesempatan seluas-luasnya,” ujarnya kepada benuanta.co.id, Selasa (3/6/2025).
Ia menjelaskan area food court yang telah dibangun sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan, terutama jika diisi oleh pelaku UMKM yang bisa menyajikan kuliner lokal maupun tematik. Namun saat ini, minat dari pelaku usaha masih rendah, padahal pemerintah telah menurunkan tarif sewa secara signifikan.
“Dari Rp3 juta kita turunkan jadi Rp1,1 juta per bulan, itu pun belum banyak yang minat,” ujarnya.
Syahrun menyadari pembangunan infrastruktur tanpa dukungan aktivitas masyarakat tidak cukup untuk menghidupkan destinasi wisata. Karena itu, pihaknya berinisiatif untuk menggandeng berbagai pihak agar kawasan ini lebih hidup.
“Kami tidak hanya buka untuk usaha kuliner, tapi juga seni pertunjukan, komunitas anak muda, olahraga pantai, pameran kerajinan, bahkan kegiatan religi atau budaya, silakan. Kita siap fasilitasi,” tambahnya.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi mendorong keterlibatan masyarakat dalam mengelola potensi wisata secara kolektif dan partisipatif. Dinas juga menegaskan bahwa mereka tidak memonopoli kegiatan di kawasan tersebut, melainkan memberikan ruang kolaborasi.
“Kalau ada komunitas musik mau tampil, silakan. Ada yang mau buat lomba kreatif, bazar, atau sekadar ngamen seni? Justru itu yang kita harapkan untuk membuat tempat ini hidup,” ujarnya.
Disbudporapar juga mengakui minimnya jumlah pengunjung menjadi tantangan utama saat ini. Berdasarkan data, sepanjang tahun 2024, hanya sekitar 4.000 orang yang tercatat mengunjungi Pantai Ratu Intan. Angka itu dinilai masih sangat jauh dari harapan, mengingat fasilitas utama seperti food court bertema, taman, hingga jembatan kaca telah dibangun.
“Memang kalau dari tren pengunjung, sejak 2023 ke 2024 menurun. Kita harus realistis. Maka dari itu, partisipasi masyarakat sangat penting,” tuntasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Yogi Wibawa
Aturan masuk nya ng suka masyarakat,sdh lah bayar tiket ng boleh bw minum mkn masuk lg,baru dilm yg jualan ng lengkap dan mahal
Kenapa sepi yahh karna mahallllllllll….anak kecil dewasa tiket masuk sama semua
Kurangnya peminat dikarenakan area pantainya tertutup oleh bangunan…. Masyarakat mau kepantainya bukan mau makan makan! Buka akses menuju pantai pasti ramai…
Kenapa sepi yahh karna mahallllllllll….anak kecil dewasa tiket masuk sama semua
Coba lh 2k per orang pasti ramee lgian itu kn tempat wisata umum hrusnya smua kalangan dpt merasakan,,kalo mahal yg ekonomi kebawah mikir 2 kali utk berkunjung
Coba tiket masuk di gratiskan pak, seperti taman berkampung dan taman berlabuh. Parkir juga harus dikelola daerah, jangan sampai ada parkir ilegal. Trus sering2 adakan event, seperti pasar murah, pasar malam, live music dll