benuanta.co.id, TARAKAN – Di balik inflasi tahunan Kota Tarakan yang tercatat sebesar 1,24 persen pada April 2025, tersimpan realita yang kontras. Pendorong utama inflasi justru datang dari barang-barang non-esensial dan konsumsi kelas menengah atas
Kepala BPS Kota Tarakan, Umar Riyadi, S.ST., M.Si., menjelaskan untuk kebutuhan pokok masyarakat umum justru stagnan bahkan mengalami penurunan harga.
“Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan angka mencolok: inflasi year-on-year 10,42 persen dan andil 0,86 persen terhadap inflasi total,” ungkapnya kepada benuanta.co.id, Ahad (1/6/2025).
Inflasi di kelompok ini didorong terutama oleh lonjakan harga emas perhiasan (andil 0,72 persen), krim wajah, sabun mandi cair, serta pasta gigi. Ini mengindikasikan adanya pergeseran struktur inflasi yang cenderung dipengaruhi oleh konsumsi gaya hidup, bukan kebutuhan dasar masyarakat bawah.
Di sisi lain, kelompok makanan yang mencerminkan kebutuhan pokok hanya mencatat inflasi 1,98 persen, dan bahkan sejumlah bahan pangan utama mengalami deflasi. Harga beras, tomat, telur ayam ras, daging ayam, dan sayur-mayur seperti bayam dan ketimun tercatat menurun. Beras sendiri menyumbang deflasi sebesar 0,29 persen terhadap total inflasi y-on-y.
Kondisi ini menunjukkan tekanan inflasi lebih besar dirasakan oleh sektor konsumsi yang tidak bersifat esensial. Padahal, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah biasanya justru paling terdampak oleh inflasi pangan dan transportasi.
“Kita melihat distribusi tekanan harga yang timpang. Kebutuhan pokok turun, tetapi barang-barang gaya hidup melonjak,” katanya.
BPS mencatat, selain kelompok perawatan pribadi, kelompok kesehatan (2,95 persen) dan penyedia makanan/restoran (1,43 persen) juga mengalami inflasi yang cukup tinggi.
“Sebaliknya, transportasi, pakaian, dan komunikasi justru mengalami deflasi, menandakan bahwa sektor-sektor ini mengalami pelemahan konsumsi,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Yogi Wibawa