benuanta.co.id, TARAKAN – Masyarakat Kota Tarakan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi kekeringan dan kebakaran selama periode Juli hingga Agustus 2025.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan, Yonsep, S.E., M.PA., mengingatkan, meski tidak termasuk musim kemarau, Tarakan bisa mengalami kekeringan dalam rentang waktu tertentu.
“Kita tetap berhati-hati di bulan Juli sampai Agustus 2025 ini. Masyarakat harus waspada terhadap kekeringan, karena bisa berdurasi panjang,” ujarnya kepada benuanta.co.id, Sabtu (24/5/2025).
Yonsep menegaskan, meskipun tidak hujan selama seminggu sampai dua minggu saja, Kota Tarakan sudah terasa panas. Kondisi ini, kata Yonsep, dapat memperparah risiko kebakaran di berbagai wilayah, baik pemukiman maupun lahan kosong.
“Tidak hujan selama seminggu sampai dua minggu saja, Tarakan sudah panas meskipun kalau hujan secara parsial atau tidak merata,” jelasnya.
Menurut data BPBD, hingga Mei 2025 tercatat sudah ada 34 titik kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang tersebar di wilayah Kota Tarakan. Yonsep mengingatkan, angka ini harus menjadi perhatian bersama agar tidak terjadi peningkatan kasus di bulan-bulan berikutnya.
“Untuk kejadian kebakaran hutan dan lahan sampai Mei 2025 tercatat ada 34 titik yang tersebar di wilayah Kota Tarakan,” katanya.
Salah satu penyebab utama kebakaran, lanjut Yonsep, adalah kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan pola bakar untuk membersihkan lahan. Ia berharap masyarakat mulai beralih ke metode pembersihan lahan yang lebih ramah lingkungan.
“Budaya petani yang masih menggunakan pola bakar untuk membersihkan semak belukar di lahan perkebunan harus diubah agar tidak memperparah kebakaran,” jelasnya.
Yonsep juga mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati saat meninggalkan rumah, terutama menjelang Lebaran Idul Adha, di mana banyak aktivitas di luar rumah seperti menjaga ternak dan berkebun.
“Tetap berhati-hati dalam kondisi saat sekarang ini apalagi konsentrasi mendekati Lebaran Idul Adha ya. Berhati-hati meninggalkan rumah, karena konsentrasi mungkin banyak menjaga ternak, berkebun, atau menjalankan tugas yang lain,” tuturnya.
Melihat kondisi cuaca saat ini, Yonsep mengatakan Tarakan memiliki potensi mengalami kekeringan meskipun bukan bagian dari musim kemarau secara nasional. Fenomena ini membuat Tarakan rentan terhadap kebakaran, terutama di lahan kosong yang mudah terbakar saat cuaca panas.
“Kalau kita lihat cuaca, ada potensi kekeringan, meski tidak termasuk musim kemarau, namun terkadang Tarakan ada seminggu sampai tiga minggu tidak hujan,” terangnya.
Yonsep mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, baik dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak membakar sampah di area terbuka, hingga melapor jika melihat titik api.
“Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga Kota Tarakan agar tidak menjadi korban bencana kebakaran yang lebih luas,” tutupnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Endah Agustina