benuanta.co.id, NUNUKAN – Upaya pelestarian bahasa daerah di Kabupaten Nunukan memasuki babak baru. Melalui Bidang Ketenagaan, Kurikulum Sastra dan Perijinan, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Daerah bagi 40 guru dari berbagai sekolah di wilayah Nunukan.
Kegiatan ini secara khusus berfokus pada Bahasa Tidung, salah satu bahasa daerah yang menjadi bagian penting dari identitas kultural masyarakat Nunukan.
Dalam bimtek yang diselenggarakan ini, para peserta dibekali materi teori dan praktik mengenai empat bentuk karya sastra dalam Bahasa Tidung, pidato, puisi, cerpen, dan pantun. Materi disusun untuk memperkuat kemampuan para guru, tidak hanya dalam memahami, tetapi juga mengajarkan Bahasa Tidung secara efektif kepada siswa di sekolah.
Menurut Kepala Bidang Ketenagaan, Kurikulum Sastra dan Perijinan Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Rahmansyah, kegiatan itu merupakan bagian dari langkah strategis untuk menghidupkan kembali Bahasa Tidung di lingkungan pendidikan formal.
“Ini adalah salah satu cara dalam pelestarian bahasa daerah yang ada di Nunukan. Para guru adalah garda depan. Jika mereka menguasai dan mencintai Bahasa Tidung, maka semangat itu bisa ditularkan kepada peserta didik,” kata Rahmansyah, Ahad (18/5/2025).
Sebagai bagian dari keberlanjutan kegiatan, para guru peserta bimtek diberikan tugas untuk melakukan pengimbasan materi ke sekolah masing-masing. Pengimbasan ini diharapkan tidak hanya memperluas jangkauan penyebaran pengetahuan bahasa daerah, tetapi juga menjadi bahan evaluasi bagi Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, yang akan diteruskan ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Tak hanya berhenti pada pelatihan, Dinas Pendidikan Nunukan juga tengah menyusun buku cerita rakyat dwibahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Tidung) yang akan dicetak dan didistribusikan tahun ini. Buku ini ditargetkan menjadi sumber belajar tambahan di sekolah, sekaligus sarana membumikan kembali cerita-cerita rakyat lokal yang mulai jarang dikenal generasi muda.
Lebih jauh, Rahmansyah menyampaikan Dinas Pendidikan berencana menggelar lomba berbahasa Tidung tahun ini. Lomba akan mencakup kategori pidato, puisi, cerpen, dan pantun dalam Bahasa Tidung. Pemenang lomba di tingkat kabupaten nantinya akan mewakili Nunukan di ajang serupa tingkat Provinsi Kalimantan Timur yang digelar Balai Bahasa Kaltim.
Komitmen pelestarian bahasa daerah tidak hanya terfokus pada Bahasa Tidung. Dinas Pendidikan juga telah merancang kegiatan serupa untuk bahasa daerah lain di Nunukan, seperti Bahasa Agabag dan Bahasa Lundayeh. Bahkan, penyusunan kamus untuk ketiga bahasa tersebut—Tidung, Agabag, dan Lundayeh—telah dimulai sebagai bagian dari penyediaan bahan ajar kurikulum muatan lokal di sekolah.
“Dengan memiliki kamus dan bahan ajar yang memadai, sekolah-sekolah di Nunukan akan lebih siap dalam melaksanakan pelajaran bahasa daerah secara sistematis. Ini bagian dari menjaga jati diri budaya lokal di tengah arus globalisasi,” tutup Rahmansyah.
Dengan langkah-langkah konkret ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan menegaskan peran sentralnya dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya lokal, sebagai warisan berharga yang layak dijaga untuk generasi mendatang. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Ramli
Komite olahraga Nunukan staf honor dan pengurus koni tidak bergaji akibat berkendala anggaran yang ditahan oleh Pemda apa penyebabnya?