benuanta.co.id, TARAKAN – Sepanjang tahun 2025 Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat sudah menangani 24 orang terlantar di Kota Tarakan. Saat ini tinggal 2 orang dari Sulawesi Selatan dan Malaysia yang masih tinggal di shelter milik Dinas Sosial.
Kabid Sosial, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan, Jamaluddin menuturkan, orang terlantar akan di tampung oleh Dinas Sosial jika memenuhi syarat yang sudah ditentukan. Adapun 24 orang terlantar ini berasal dari berbagai daerah mulai dari Malaysia, Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan NTT.
“Sebelum ditangani Dinsos, orang terlantar wajib dilakukan asesmen jika tidak memenuhi syarat maka tidak akan ditangani atau di tolak. Disini (Shelter) sesuai SOP akan dijamin 7 hari, kita berikan makanan dan tempat tinggal” ujarnya, Rabu (14/5/2025).
Mengenai 2 orang terlantar yang masih di Shelter, sedang dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan dan pemerintah provinsi agar memulangkan ke daerah asal melalui jalur laut.
“Dari Bone itu mau mengunjungi keluarga di Sampit (Kalteng), tapi kesasar di Tarakan, sementara dari Kolaka merupakan dari Malaysia mau mencari pekerjaan akhirnya terlantar di Tarakan,” ungkapnya.
Seorang warga Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara terlantar di Kota Tarakan setelah sebelumnya bekerja di Sabah, Malaysia bernama Heri (39) menuturkan, sebelumnya ia bekerja sebagai sopir di Malaysia sejak umur 18 tahun dan baru pertama kali pulang ke Indonesia.
Ia tidak memiliki paspor karena ditahan perusahaan, lalu ia pulang ke Indonesia tidak melalui jalur ilegal dari perbatasan sampai ke Kabupaten Nunukan sekitar bulan Maret 2025 lalu. Heri berencana mencari pekerjaan di Nunukan namun nihil. Akhirnya, ia mencoba keberuntungan di Tarakan dan berujung kehabisan uang.
“Rencana kalau ada lowongan di sini (Tarakan) kerja kalau tidak ada pulang saja, saya dari Kolaka, Sulawesi Tenggara,” sebutnya.
Selama 24 tahun bekerja di Malaysia, Heri tidak memiliki tabungan sama sekali bahkan ia juga tidak memiliki identitas diri E-KTP maupun IC Malaysia. Sementara keluarga di Kolaka menurutnya masih ada tetapi tidak pernah berkomunikasi.
Sementara itu, Ilyas (63) mengaku sudah hampir sebulan di Tarakan dan menginap di Pelabuhan Malundung. Ia mengungkapkan, dua tas miliknya hilang setelah turun dari kapal dan sudah sempat dicari namun tidak ditemukan. Setelah kehabisan uang, ia akhirnya diantar petugas ke Dinas Sosial.
“Kemarin naik Lambelu habis lebaran mau ke Sampit, uang sudah habis. Sempat hubungi anak saya di Sampit minta uang makan dan pulang ke Bone tapi sampai sekarang belum di kirimkan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Endah Agustina