benuanta.co.id, TARAKAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tarakan menargetkan pengelolaan sampah secara tuntas pada tahun 2025, dengan pembagian 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan. Namun, hingga akhir tahun 2024 angka itu masih belum tercapai sepenuhnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Tarakan, Edhy Pujianto, S.P, M.P., menjelaskan aspek pengurangan yang mencakup prinsip reduce, reuse, dan recycle, masih di bawah persentase yang ditargetkan.
“Kalau kita bicara pengelolaan sampah itu tidak lepas dari dua hal utama, yakni pengurangan sampah dan penanganan sampah,” katanya kepada benuanta.co.id, Kamis (15/5/2025).
Pengurangan sampah di Kota Tarakan hingga tahun 2024 tercatat baru mencapai 18,36 persen, jauh dari target yang direncanakan yakni sebesar 30 persen pada. “Untuk pengurangannya sendiri, kita masih di kisaran 18,36 persen,” paparnya.
Di sisi lain, aspek penanganan sampah yang mencakup kegiatan seperti pemilahan, pewadahan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sudah menyentuh angka 79,54 persen.
“Kalau penanganannya kita berada di angka 79,54 persen,” ujarnya.
Gabungan angka pengurangan dan penanganan tersebut menghasilkan capaian 97,9 persen. Namun, menurut Edhy, masih ada 2,1 persen sampah yang belum terkelola maksimal.
“Itu maksudnya belum dikelola dengan maksimal dan masih kita temui di pesisir, sungai, atau lahan kosong,” katanya.
Edhy mengakui sejumlah kendala menghambat upaya pengurangan sampah, termasuk keterbatasan sarana dan prasarana. Ia juga membeberkan, rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah juga menjadi tantangan tersendiri.
“Dari 20 kelurahan, baru ada 17 TPS 3R, dan hanya 15 yang berjalan optimal,” jelasnya.
Bank sampah di Tarakan pun masih sangat terbatas. Edhy menambahkan, kurangnya saranya dan prasarana ini menjadi kendala dalam penanganan sampah di Kota Tarakan.
“Bank sampah yang aktif secara umum ada tiga di masyarakat, dan total sekitar tujuh termasuk yang di sekolah-sekolah,” katanya.
Namun, pihaknya tetap mengapresiasi kelompok masyarakat yang aktif dalam TPS 3R dan program Sampah Semesta Mandiri. Lebih lanjut, DLH mendorong pembangunan dan optimalisasi TPS 3R di beberapa daerah yang belum memiliki fasilitas tersebut.
“TPS 3R masih kurang di Karang Balik, Selumit Pantai, Selumit, Karanganyar Pantai, Mamburungan, Mamburungan Timur, Gunung Lingkas, dan Lingkas Ujung,” rincinya.
Menurutnya, ketersediaan lahan menjadi kendala utama pembangunan TPS 3R di wilayah-wilayah tersebut. “Kita masih kesulitan lahan yang siap pakai dari pemerintah kota. Kecuali di Mamburungan, kita rencanakan memanfaatkan eks bangunan Puskesmas, tapi belum clear and clean,” ungkapnya.
Di tengah keterbatasan itu, DLH terus bekerja ekstra dengan sumber daya terbatas demi menjaga layanan pengangkutan sampah tetap berjalan.
“Peningkatan jumlah penduduk menaikkan volume sampah, tapi jumlah petugas dan armada kita tetap, jadi kami bekerja ekstra,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Yogi Wibawa