benuanta.co.id, TARAKAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan masih terus memverifikasi data 3.700 anak yang tercatat sebagai tidak sekolah atau putus sekolah berdasarkan dashboard Dinas Pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tarakan, Tamrin Toha, S.T., M.Sc., menjelaskan proses verifikasi dilakukan dengan melacak asal sekolah dan status terkini anak-anak tersebut. Verifikasi menjadi langkah penting sebelum intervensi lebih lanjut dapat dilakukan.
“Data itu kita ambil dari sekolah-sekolah, lalu diverifikasi. Di dashboard itu ada informasi asal sekolah anak, jadi pihak sekolah diminta menelusuri apakah anak yang tercatat tidak sekolah itu sudah menikah, pindah, atau mungkin kembali sekolah di tempat lain seperti pesantren,” ujarnya, Selasa (6/5/2025) kemarin.
Dalam proses ini, Disdik Tarakan tak hanya bergantung pada sekolah, melainkan juga berencana berkoordinasi dengan instansi lain, termasuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil). Langkah ini penting untuk memastikan keberadaan anak-anak yang tercatat tersebut.
“Dari 3.700 anak itu, belum tentu semuanya masih berada di Tarakan. Bisa jadi ada yang sudah pindah tapi tidak melapor,” paparnya.
Menurutnya, kendala utama dalam verifikasi ini adalah ketidakjelasan keberadaan anak-anak yang berpindah tempat tinggal tanpa pemberitahuan resmi.
“Kadang masalahnya itu anak-anak pindah tapi tidak melapor. Jadi kami perlu pastikan apakah mereka masih tinggal di Tarakan atau tidak,” katanya.
Disdik juga menyadari pelibatan semua elemen masyarakat diperlukan untuk mempercepat proses ini. Tamrin menyebutkan pentingnya kerja sama lintas sektor.
“Kami pasti terus berproses, tapi ini juga perlu kolaborasi dengan kelurahan, camat, RT, dan dasawisma. Kalau kami sendiri yang turun, berat,” ungkapnya.
Ia menekankan guru tidak bisa sepenuhnya diberdayakan di luar jam mengajar untuk tugas verifikasi yang memakan waktu. Saat ini, verifikasi baru dilakukan di tingkat sekolah dan belum mencapai level kelurahan. Tamrin mengakui setelah pertemuan koordinasi hari minggu lalu, ia belum memantau perkembangang terbaru saat ini.
“Sampai sekarang masih di level sekolah, belum sampai ke kelurahan. Setelah hari Senin kemarin, saya belum lihat update-nya,” ujarnya.
Ia pun mencontohkan keberhasilan kecil dalam proses verifikasi awal yang dilakukan secara intensif. Dalam 10 hari, pihak sekolah bersama RT berhasil melacak 145 anak.
“Salah satu gambaran yang bisa saya sampaikan, pernah duly dlam 10 hari kita bisa dapatkan 145 data anak, itu dibantu RT dan kelurahan juga,” jelasnya.
Meski demikian, proses di lapangan tidak selalu mudah. Banyak kendala yang dihadapi, terutama ketika keluarga menyembunyikan informasi tentang anaknya.
“Kadang ada juga yang disembunyikan keluarganya. Di dashboard tercatat di Kelurahan A, ternyata setelah dicek tidak ada, mungkin sudah pindah ke kelurahan lain,” katanya.
Tamrin juga menyoroti mobilitas tinggi keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah sebagai tantangan tersendiri. Anak-anak dari keluarga ini kerap berpindah-pindah tempat tinggal, sehingga sulit dilacak.
“Faktor ekonomi juga membuat mereka sering berpindah, jadi memang masih proses dan butuh waktu,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli