benuanta.co.id, TARAKAN – Fenomena banjir rob yang melanda wilayah pesisir Kota Tarakan memasuki puncaknya pada hari ini, Kamis (1/5/2025).
Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan, menjelaskan Ketinggian air pasang tercatat mencapai 3,6 meter di atas permukaan laut rata-rata, menjadikan momen ini sebagai fase tertinggi dalam siklus pasang surut yang berlangsung sejak akhir April lalu. Ia menambahkan, banjir rob yang terjadi saat ini berkaitan erat dengan posisi fase bulan yang sedang dekat dengan bumi.
“Kondisi ini menyebabkan air pasang lebih tinggi dari biasanya, terutama di fase akhir April hingga awal Mei,” ujarnya kepada benuanta.co.id.
Menurutnya, tren kenaikan air mulai terpantau sejak 28 April 2025, kemudian berlanjut pada 29 dan 30 April, hingga mencapai puncaknya pada 1 Mei.
“Sejak tanggal 28, air mulai naik. Hari ini adalah puncaknya dengan ketinggian 3,6 meter, sama seperti hari kemarin dan tanggal 29 lalu,” jelasnya.
Meski besok ketinggian air diperkirakan mulai menurun, masyarakat diminta untuk tetap waspada. Ia menambahkan, selisih penurunan tidak terlalu besar dan masih berisiko bagi aktivitas masyarakat pesisir.
“Prediksi untuk 2 Mei besok, ketinggian air pasang masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 3,4 meter,” terangnya.
Puncak air pasang hari ini berlangsung antara pukul 07.00 hingga 09.00 WITA, sedangkan besok diperkirakan terjadi sekitar pukul 07.00 hingga 10.00 WITA.
“Waktu-waktu ini penting diperhatikan, terutama oleh warga dan pelaku usaha di kawasan pesisir seperti pelabuhan dan tambak,” tuturnya.
Lebih lanjut, pada 3 dan 4 Mei, tinggi air pasang diperkirakan mulai menurun secara signifikan. Meski tren mulai turun, ia menekankan kewaspadaan tetap diperlukan karena ketinggian air masih di atas normal.
“Lusa air pasang turun menjadi 3,2 meter dan terus berkurang hingga empat hari ke depan,” imbuhnya.
Secara umum, fenomena pasang surut terjadi dua kali sehari, namun peningkatan ekstrem kali ini tergolong tidak biasa.
“Ukuran normal pasang surut sekitar 2,8 meter, jadi kalau sekarang mencapai 3,6 meter, itu sudah jauh di atas rata-rata,” ungkapnya.
Hermansyah juga menegaskan banjir rob tidak hanya terjadi di Tarakan, tetapi juga melanda beberapa wilayah lain di Indonesia.
“Fenomena ini bersifat regional, tergantung kondisi permukaan dan geografi pulau masing-masing,” katanya.
BMKG Tarakan mengimbau warga untuk terus memantau informasi cuaca dan peringatan dini, serta menjaga keselamatan diri dan harta benda.
“Kami berharap masyarakat tetap waspada, terutama mereka yang beraktivitas di pesisir, pelabuhan, dan kawasan tambak,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli