benuanta.co.id, TARAKAN – Universitas Borneo Tarakan (UBT) menjadi salah satu titik penting kunjungan kerja Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam memonitor kualitas sektor pendidikan di Indonesia terutama di wilayah perbatasan.
Dalam pemaparan yang disampaikan secara daring, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. menegaskan pentingnya program “Sekolah Rakyat” sebagai upaya pemerataan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
“Program Sekolah Rakyat ini bukan sekadar slogan, tetapi wujud nyata dari komitmen pemerintah untuk menjangkau anak-anak bangsa di pelosok yang selama ini terpinggirkan dari akses pendidikan berkualitas,” ujarnya, Rabu (23/4/2025).
Menurutnya, kesenjangan pendidikan harus diatasi dengan sistem yang inklusif dan berorientasi pada pengembangan potensi lokal. Prof. Brian juga turut menyampaikan program ini merupakan inisiatif pemerintah, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan gratis dan berkualitas kepada anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
“Program ini ditargetkan untuk anak-anak dari keluarga miskin yang masuk dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi (DTSEN), khususnya kelompok desil 1 dan 2,” katanya.
Prof. Brian juga menjelaskan Sekolah Rakyat akan menjangkau daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang selama ini minim fasilitas pendidikan. Pendekatan ini, menurutnya, juga akan menghidupkan peran lembaga pendidikan tinggi sebagai agen transformasi sosial.
“Pendidikan harus hadir di mana pun rakyat Indonesia berada. Negara tidak boleh abai terhadap anak-anak yang hidup jauh dari pusat kota,” tegasnya.
Dalam skema pelaksanaannya, Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama atau boarding school, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan formal, tetapi juga pengasuhan, makanan, dan fasilitas lainnya.
“Sekolah Rakyat menyediakan fasilitas asrama, makan, seragam, perlengkapan sekolah, dan kebutuhan lainnya secara gratis,” jelasnya.
Respon positif datang dari kalangan mahasiswa FKIP Universitas Borneo Tarakan yang turut hadir dalam pemaparan tersebut. Mereka menilai program Sekolah Rakyat membuka ruang partisipasi nyata bagi mahasiswa untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa. Salah satu Mahasiswi Prodi Pendidikan Biologi, Fitria, turut menyampaikan tanggapannya.
“Sebagai calon guru, saya merasa diberi tempat untuk mengaktualisasikan keilmuan saya secara langsung di masyarakat,” tuturnya.
Selain itu, Ramadhan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika juga berharap agar program ini tidak berhenti di tataran wacana atau proyek jangka pendek.
“Kami ingin ini jadi gerakan berkelanjutan, bukan sekadar program musiman. Karena pendidikan adalah hak semua warga negara, bukan hak segelintir orang,” tandasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli