benuanta.co.id, NUNUKAN – Harga rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, hingga April 2025 masih berada di kisaran Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kilogram. Harga tersebut dinilai terlalu rendah oleh para petani, mengingat biaya produksi yang terus meningkat.
Iswandi (23), seorang petani rumput laut asal Kelurahan Nunukan Barat, menyampaikan bahwa harga ditentukan oleh kualitas rumput laut. Untuk kualitas standar kering, harganya berkisar Rp 10.000 per kilogram, sementara yang lebih kering dan berkualitas lebih tinggi bisa mencapai Rp 11.000.
“Kalau warnanya merah dan kering bagus bisa dihargai Rp 11.000, tapi itu pun sekarang jarang,” kata Iswandi saat ditemui pada Senin (21/4/2025).
Meski demikian, Iswandi mengakui harga tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan beberapa tahun lalu. Ia mengenang masa-masa harga rumput laut sempat mencapai Rp 15.000 per kilogram pada tahun 2018–2019.
“Dulu itu harga rumput laut masih Rp 15.000 dan barang juga masih murah, termasuk bensin dan biaya operasional. Sekarang Rp 8.000 itu sakit sekali bagi kami petani,” ungkapnya.
Menurutnya, harga rumput laut sempat melambung tinggi pada tahun 2022 hingga 2023, bahkan mencapai Rp 40.000 per kilogram. Namun sejak tahun 2024 hingga sekarang, harga kembali merosot dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
“Untung juga tidak pasti. Tergantung jumlah tali yang diturunkan. Saya biasanya kasih turun 100–300 tali, beda dengan petani lain yang bisa sampai 1.000–2.000 tali,” tambahnya.
Iswandi menambahkan, ia membentangkan tali budidaya rumput lautnya di perairan Kinabasan, wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia. Panen dilakukan setiap 40 hari, dan proses penjemuran dapat memakan waktu hingga 10 hari tergantung kondisi cuaca di Nunukan.
Dengan harga yang tidak stabil dan biaya produksi yang terus meningkat, para petani berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk membantu menstabilkan harga dan memberikan dukungan bagi kelangsungan usaha mereka.

3 Tahun Kerja Sampingan Cuci Tali Rumput Laut
Setelah panen rumput laut, para petani di Kelurahan Nunukan Barat tak hanya fokus pada penjualan hasil panen tetapi juga harus membersihkan tali-tali yang digunakan untuk budidaya agar bisa dipakai kembali.
Proses ini menjadi bagian penting dari siklus budidaya rumput laut, meski sering kali dianggap sebagai kerja sampingan.
Abdul Asis (56), salah satu petani rumput laut mengaku telah menekuni pekerjaan sebagai pencuci tali rumput laut selama tiga tahun terakhir. Meski ia memiliki sekitar 900 tali rumput laut sebagai petani, aktivitas mencuci tali tetap dijalaninya untuk menambah penghasilan.
“Untuk bersihkan satu tali dihargai Rp2.000, kalau tali repet atau dobel Rp4.000,” kata Abdul Asis, kepada benuanta.co.id, Senin (21/4/2025).
Menurutnya, pekerjaan ini tetap menguras tenaga karena semua dilakukan secara manual.
Ia menjelaskan, metode pembersihan tali rumput laut dilakukan dengan cara menggesekkan tali ke tiang untuk menghilangkan kotoran seperti kerang yang menempel. Dalam sehari, dirinya bisa mencuci sekitar 80 hingga 100 tali, tergantung pada kondisi fisik dan waktu yang tersedia.
Ia mengenang saat pertama kali tertarik menjadi petani rumput laut pada tahun 2022, setelah berkunjung ke Kabupaten Nunukan bersama keluarga. Saat itu, harga rumput laut bisa mencapai Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram, sehingga ia memberanikan diri menyediakan modal hingga Rp50 juta untuk memulai usaha ini.
Kini dengan harga yang cenderung turun dan biaya produksi tetap tinggi, para petani rumput laut seperti Abdul Asis berharap adanya kebijakan yang lebih berpihak pada mereka. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Ramli