Rupiah Anjlok, Ini Dampak Buruknya Menurut Ekonom di Kaltara

benuanta.co.id, TARAKAN – Pengamat ekonomi sebut melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akan berdampak pada perekonomian di Indonesia.

Anjloknya nilai tukar rupiah tersebut sudah terjadi menjelang Lebaran, 31 Maret 2025 lalu. Berdasarkan pantauan dan data dari bloombreg pada pukul 09.44 WIB hari ini di pasar spot exchange, rupiah pagi ini berada pada level Rp 16.955 per dolar AS atau melemah 64 poin (0,38%). Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah melemah 0,41% ke level Rp 16.891 per dolar AS seiring meningkatnya tekanan eksternal.

Baca Juga :  Pelatihan dan Pengembangan Produk Ekraf di Kaltara, Target Dispar Pelaku Ekraf Baru

Terkait Hal tersebut, Pengamat Ekonomi Kota Tarakan Dr. Ana Sriekaningsih menyebutkan, melemahnya tukaran rupiah pasti berdampak dampak bagi perekonomian di Indonesia. Menurutnya akibat dari hal ini yaitu kenaikan suku bunga.

“Jika suku bunga naik, rupiah anjlok berdampak pada ekonomi, semua barang naik memberikan imbas kredit naik, tidak ada kredit atau investasi karena semua naik,” ujarnya, Selasa (8/4/2025).

Baca Juga :  Inflasi Naik, Kredit Tumbuh dan Sistem Pembayaran Digital Meningkat di Kaltara

Selain itu, akan menjadi lebih berbahaya jika rupiah terus melemah akan menyebabkan rupiah menjadi tidak berharga lagi. Ia menegaskan ini akan menjadi penghambat aktivitas ekonomi.

Melemahnya tukaran ini akan menekan harga barang dan daya beli masyarakat akan berkurang. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki kebijakan untuk mengatasi hal ini.

“Langkah pasti yang harus di ambil yaitu pemerintah harus menerapkan kebijakan yang pro masyarakat, sehingga masyarakat memiliki daya beli sehingga ekonomi didaerah berjalan dengan baik di tengah kenaikan harga, jika rupiah lembah dampaknya kenaikan harga karena bahan baku acuanya adalah nilai rupiah itu,” jelasnya.

Baca Juga :  Inflasi Naik, Kredit Tumbuh dan Sistem Pembayaran Digital Meningkat di Kaltara

“Pengusaha beli bahan baku naik, harga jual naik, sekarang efisiensi akhirnya perusahaan juga berdampak. Harus ada Kebijakan moneter dan peran pemerintah khususnya BI, yaitu bantuan, sidak pasar, pasar murah, yang jelas sangat mendasar itu kebijakan pro masyarakat,” pungkasnya. (*)

Reporter: Sunny Celine

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *