benuanta.co.id, BULUNGAN – Bau tidak sedap tercium di Pasar Induk Tanjung Selor, khususnya pada bagian belakang bekas lapak jualan ayam potong. Ternyata lapak ayam itu kembali beroperasi hingga membuat warga resah.
Salah satu warga sekitar pasar, Sumardi mengatakan sebelum Lebaran Idulfitri lapak ayam yang sudah dibongkar kembali dibangun untuk menampung ayam potong dari luar Bulungan.
“Jadi, waktu lalu sudah dibongkar sama Satpol PP. Kemarin sebelum lebaran ada bangunan lapak baru, sampai ke pinggir jalan,” ucapnya kepada benuanta.co.id, Jumat 4 April 2025.
Dirinya tidak mempermasalahkan ada jualan ayam potong karena memang momen untuk Lebaran. Hanya saja yang tertinggal setelahnya adalah bau yang tidak sedap.
“Kalau kita lewat di jalan belakang, baunya tidak sedap yang sangat mengganggu. Mulai pagi sampai malam,” jelasnya.
Warga lainnya, Farida menuturkan, kondisi Pasar Induk harus dilakukan penataan kembali, selain semrawut juga terlihat kumuh.
“Pemerintah daerah harus turun tangan segera benahi pasar induk,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Bulungan, Errin Wiranda menyebut, lapak ayam potong atau ayam petelur sifatnya sementara saja.
“Itu hanya sementara, untuk penjualan ayam petelur ini kemarin untuk menyambut Lebaran. Setelah itu tidak ada yang berjualan lagi ayam petelur setelah lebaran,” ungkap Errin Wiranda.
Pihaknya pun menjanjikan kedepannya untuk Pasar Induk sudah tidak ada aktivitas penjualan ayam, yang dampaknya menimbulkan kondisi yang kumuh dan bau yang kurang sedap.
“Untuk penjual ayam kampung akhir bulan April ini, sudah tidak diperbolehkan lagi berjualan di pasar induk,” terangnya.
Sebelumnya pun, pada Februari 2025 lalu pihaknya bersama Satpol PP Bulungan dan Polresta Bulungan telah melakukan sterilisasi dengan membongkar lapak atau bangsal ayam potong di dalam kawasan Pasar Induk.
“Kemarin kami telah melakukan pembongkaran bangsal atau lapak. Selain alasan kumuh dan timbulkan bau kurang sedap, keberadaannya mengurangi nilai estetika pasar,” pungkasnya. (*)
Reporter: Heri Muliadi
Editor: Endah Agustina
