Ini Sebabnya BBM Oplosan Dianggap Paling Merugikan Masyarakat Kaltara

benuanta.co.id, TARAKAN – Isu korupsi di Pertamina, yang menyebabkan maraknya peredaran BBM Pertamax oplosan semakin menambah beban masyarakat, terutama di Kalimantan Utara (Kaltara).

Ahli ekonomi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dr. Margiyono, S.E., M.Si., menyoroti, situasi ini semakin merugikan masyarakat Kalimantan Utara karena keterbatasan pilihan.

“Di Kaltara, Pertamina itu ibaratnya monopoli karena memang tidak ada pom bensin lain selain Pertamina,” ujarnya kepada benuanta.co.id, Kamis (13/3/2025).

Baca Juga: Isu BBM Oplosan Merebak, Kepercayaan Publik ke Pertamina Terkikis

Menurutnya, kondisi ini membuat masyarakat tidak punya daya tawar. Berbeda dengan daerah lain yang memiliki alternatif penyedia BBM, contohnya pulau lain seperti Jawa yang memiliki SPBU alternatif seperti Shell, Vivo dan BP. Sedangkan Kaltara hanya mengandalkan Pertamina sebagai satu-satunya pemasok bahan bakar. Akibatnya, jika benar ada oplosan, masyarakat terpaksa membeli produk yang diduga sudah terkontaminasi, tanpa ada pilihan lain.

Baca Juga :  Dualisme KNPI Tarakan Memanas, Aliansi Desak Pemerintah Netral

“Mau protes, mau teriak, ya tetap saja masyarakat harus beli. Kalau tidak, kendaraan tidak bisa jalan,” tambahnya.

Kondisi ini semakin menyulitkan bagi pengguna BBM berkualitas tinggi seperti Pertamax. Terutama bagi mereka yang memang segmentasinya menggunakan Pertamax, karena semua produk Pertamina di daerah seperti Kaltara pasti akan dibeli.

“Hal ini berarti, apa pun kualitas BBM yang beredar di pasaran, masyarakat tetap mau tidak mau menggunakannya,” bebernya.

Baca Juga :  PPPK Tarakan Akhirnya Lega Pemerintah Percepat Pengangkatan

Meski berdampak besar pada masyarakat umum, Margiyono menjabarkan, untuk sektor industri di Kaltara relatif tidak terlalu terpengaruh oleh isu BBM oplosan ini.

“Kalau bicara soal industri, sebenarnya dampaknya tidak signifikan. Karena sektor transportasi industri seperti pesawat, kapal, atau alat berat lebih banyak menggunakan solar,” ungkapnya.

Pesawat komersial umumnya menggunakan BBM avtur, sementara kapal dan alat berat lebih bergantung pada solar. Dengan demikian, kendati isu ini mencuat, dunia industri tetap bisa beroperasi seperti biasa. Namun, sektor transportasi barang dan jasa di Kaltara tetap merasakan imbasnya, terutama bagi mereka yang bergantung pada kendaraan yang menggunakan Pertamax.

“Pengaruhnya memang ada, tapi lebih dirasakan oleh mereka yang menggunakan Pertamax dalam operasionalnya,” tukasnya.

Baca Juga :  Razia Jelang Idulfitri, Handphone dan Sajam Rakitan Ditemukan di Blok Tahanan

Isu ini menimbulkan keluhan dari berbagai kalangan masyarakat di Tarakan. Anjana, seorang sopir online, mengaku khawatir dengan dampak jangka panjang terhadap kendaraannya jika memang ada BBM oplosan.

“Saya pakai Pertamax karena katanya lebih bagus buat mesin. Tapi kalau sudah dicampur oplosan, malah takut mobil cepat rusak,” katanya.

Sementara itu, Linda, seorang warga Tarakan, mengungkapkan masyarakat memang tidak punya pilihan. “Mau bagaimana lagi. Kita di Kaltara ini cuma ada Pertamina. Kalau benar Pertamax dioplos, ya masyarakat yang paling rugi,” tandasnya. (*)

Reporter: Eko Saputra

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *