benuanta.co.id, TARAKAN – Salat Tarawih merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Namun, fenomena salat Tarawih dengan gerakan sangat cepat kerap menjadi perdebatan di tengah masyarakat.
Dalam sebuah kultum, Ustadz Fahmi Syam menegaskan, kecepatan salat tidak boleh mengorbankan tuma’ninah, yang merupakan bagian dari kesempurnaan salat.
“Salat itu bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi harus dilakukan dengan khusyuk dan tuma’ninah. Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Kembalilah dan salatlah, karena sesungguhnya engkau belum salat’ kepada seseorang yang salat dengan terburu-buru, hadis riwayat Bukhari dan Muslim,” ujarnya pada Ahad (9/3/2025).
Ia menjelaskan, tuma’ninah dalam salat adalah berhenti sejenak dalam setiap gerakan hingga anggota tubuh benar-benar diam.
“Tanpa tuma’ninah, salat dianggap tidak sah. Imam Syafi’i bahkan menyebut tuma’ninah sebagai rukun salat,” tuturnya.
Menurut Ustadz Fahmi, banyak jemaah yang mengejar jumlah rakaat terbanyak tetapi mengabaikan kualitas salat mereka.
“Banyak yang beranggapan semakin cepat selesai, semakin baik. Padahal, salat adalah komunikasi dengan Allah, bukan sekadar gerakan fisik,” katanya.
Ia juga menegaskan, Rasulullah SAW sendiri tidak pernah mempraktikkan salat Tarawih dengan tergesa-gesa.
“Diriwayatkan dalam hadis Aisyah r.a., Rasulullah SAW selalu memanjangkan bacaan dan rukuknya dalam salat malam, termasuk Tarawih,” jelasnya.
Terkait jumlah rakaat, Ustadz Fahmi menyampaikan, perbedaan pendapat mengenai 8 atau 20 rakaat seharusnya tidak menjadi alasan untuk mengabaikan tuma’ninah.
“Silakan mengikuti jumlah rakaat yang diyakini, tetapi tetap utamakan ketenangan dalam salat,” tuturnya.
Ia mengingatkan, dalam ibadah, kualitas lebih utama daripada kuantitas. Allah tidak menilai banyaknya rakaat, tetapi seberapa baik ibadah kita.
“Jangan sampai kita hanya mendapatkan lelah tanpa pahala, hadis yang diriwayatkan Abu Dawud.” imbuhnya.
Sebagai penutup, Ustadz Fahmi mengajak seluruh umat Islam untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum memperbaiki kualitas ibadah.
“Mari kita tingkatkan kekhusyukan, bukan hanya kecepatan. Semoga salat kita diterima oleh Allah,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Endah Agustina