benuanta.co.id, TARAKAN – Skeptisisme masyarakat terhadap Dana Abadi Nusantara (Danantara), dana investasi yang digadang-gadang untuk pembangunan Indonesia di masa depan, masih menjadi tantangan besar. Maraknya kasus korupsi, terutama yang belakangan ini diistilahkan sebagai “liga korupsi Indonesia” menjadi salah satu penyebab utama.
Ahli ekonomi sekaligus dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dr. Margiyono, S.E., M.Si., skeptisisme ini merujuk pada rentetan kasus korupsi besar yang terjadi di berbagai sektor, seolah-olah Indonesia memiliki liga tersendiri bagi para koruptor, sehingga berlomba-lomba untuk menjadi peringkat teratas dengan jumlah korupsi terbanyak.
“Wajar jika masyarakat skeptis. Korupsi yang terjadi akhir-akhir ini sangat mencoreng kepercayaan publik terhadap pengelolaan dana negara,” ujarnya pada benuanta.co.id, pada Rabu (5/2/2025).
Untuk mengikis skeptisisme ini, Dr. Margiyono menekankan pentingnya pemberantasan korupsi yang tegas dan transparan. Selain itu, ia juga menyarankan agar Danantara dioptimalkan dengan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki setiap pulau di Indonesia, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Setiap pulau di Indonesia memiliki potensi alam yang unik dan beragam. Potensi ini bisa dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi, asalkan dilakukan dengan kajian yang mendalam dan tidak merusak lingkungan,” jelasnya.
Dr. Margiyono menjabarkan, Sumatera kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, kelapa sawit, dan karet. Pulau ini juga memiliki potensi pariwisata yang besar, seperti Danau Toba, Taman Nasional Gunung Leuser, dan pantai-pantai indah di Aceh dan Sumatra Barat.
Jawa memiliki potensi pertanian yang besar, dengan produksi padi, tebu, sayuran, dan buah-buahan yang melimpah. Pulau ini juga menjadi pusat industri manufaktur, tekstil, dan otomotif. Selain itu, Jawa juga memiliki potensi pariwisata yang besar, dengan Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan wisata alam di Bandung dan Yogyakarta.
Kalimantan memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti batu bara, kelapa sawit, dan hasil hutan kayu. Pulau ini juga memiliki potensi pariwisata yang besar, seperti Taman Nasional Tanjung Puting, Sungai Mahakam, dan wisata budaya Dayak.
Sulawesi memiliki sumber daya alam yang kaya, seperti nikel, bijih besi, dan hasil laut. Pulau ini juga memiliki potensi pariwisata yang besar, seperti Taman Nasional Bunaken dan wisata budaya Toraja.
Bali dan Nusa Tenggara memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, dengan pantai-pantai indah, wisata budaya, dan wisata alam yang beragam. Pulau ini juga memiliki potensi pertanian yang besar, dengan produksi anggur, kopi, dan kakao. Serta hasil laut yang melimpah.
Maluku dan Papua memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, seperti emas, tembaga, nikel, hasil hutan kayu, dan hasil laut. Pulau ini juga memiliki potensi pariwisata yang besar, seperti Raja Ampat, Taman Nasional Lorentz, dan wisata budaya suku-suku asli.
“Dengan memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan, Danantara tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang,” imbuhnya.
Selain itu, Dr. Margiyono menjelaskan, dengan adanya transparansi dalam pengelolaan dana, pemanfaatan potensi alam yang optimal, dan pengelolaan oleh orang-orang yang terpercaya dan berkompeten, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap Danantara dapat kembali pulih.
“Tidak heran kalau kepercayaan masyarakat rendah. Karena maraknya korupsi namun kalau dana tersebut dikelola dengan benar, maka akan menjadi motor penggerak pembangunan Indonesia yang berkelanjutan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli