PASI Tarakan Siap Dukung Kompetisi Resmi untuk Lomba Lari Ramadan

benuanta.co.id, TARAKAN – Ajang balap lari yang dilakukan di jalanan pada malam hari ini tidak hanya menimbulkan keramaian, tetapi juga dikhawatirkan memicu praktik perjudian selama Ramadan. Persoalan ini pun ditanggapi oleh Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Tarakan, yang menegaskan cabang olahraga (cabor) lari sudah memiliki wadah resmi dan kompetisi yang jelas.

Ketua Bidang Organisasi PASI Tarakan sekaligus pelatih atletik, Mohd Mat Noor, menyatakan, jika memang ada niat untuk menjadikan lomba lari sebagai ajang yang lebih positif, maka seharusnya dilakukan secara terstruktur dan melalui organisasi yang menaungi olahraga tersebut.

“Kalau bicara soal lari, PASI ini adalah rumahnya. Lari adalah bagian dari cabang olahraga atletik, jadi memang kami wadahnya. Bahkan, kami sudah merencanakan kejuaraan resmi untuk tingkat pelajar se-Kota Tarakan yang akan digelar bulan Juni nanti,” ujar Mat Noor kepada benuanta.co.id, Kamis (6/3/2025).

Menurut Mat Noor, kompetisi lari bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara sembarangan. Ada regulasi yang harus ditaati, mulai dari penentuan lintasan, mekanisme start dan finish, hingga sistem penilaian. Selain itu, faktor keamanan juga menjadi hal yang krusial, mengingat dalam lomba lari liar tidak ada jaminan keselamatan bagi para peserta maupun penonton.

Baca Juga :  Pos Polisi di Marconi Tak Difungsikan, Dishub Tarakan Pastikan Terawat

“Kita tidak bisa membiarkan anak-anak muda ini terus berlari di jalanan tanpa aturan yang jelas. Kalau mereka benar-benar ingin berkompetisi, sudah ada jalurnya. Kejuaraan tingkat kota ada, kejuaraan tingkat provinsi juga ada. Baik itu lari jarak pendek maupun jarak jauh, semuanya punya kompetisi resmi,” tegasnya.

Meskipun PASI sudah memiliki agenda untuk kejuaraan resmi di bulan Juni, Mat Noor mengakui, pihaknya juga sudah memikirkan kemungkinan mengadakan kompetisi lari khusus di bulan Ramadan. Namun, rencana tersebut membutuhkan koordinasi dengan berbagai pihak.

“Kami memang sudah ada pemikiran untuk mengadakan lomba lari di bulan Ramadan, karena memang ada antusiasme dari anak-anak muda. Tetapi ini tidak bisa dilakukan begitu saja. Perlu ada koordinasi, baik dari sisi material maupun keamanan,” katanya.

Mat Noor menjelaskan, PASI Tarakan sebenarnya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Tarakan. Namun, sejauh ini pembahasan masih terfokus pada kompetisi resmi yang dijadwalkan bulan Juni atau setelah lebaran nanti.

Baca Juga :  Kebakaran Pabrik Pembekuaan Udang Diduga karena Arus Pendek Listrik 

“Untuk lomba lari Ramadan, kita belum ada koordinasi lebih lanjut. Tapi kalau ada pihak yang ingin menyelenggarakan, PASI siap menjadi penyelenggara dan panitia. Kami paham lomba seperti ini punya daya tarik tersendiri, terutama bagi anak muda. Tapi sekali lagi, tidak cukup hanya dengan niat serta kata-kata. Butuh dukungan nyata, baik dari segi teknis, fasilitas, maupun finansial,” paparnya.

Dalam setiap kompetisi, kata Mat Noor, dukungan finansial menjadi aspek penting yang perlu dipikirkan. Sebab, peserta lomba bukan hanya mengincar piagam dan medali, tetapi juga penghargaan dalam bentuk uang pembinaan.

“Anak-anak muda yang ikut lomba pasti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Kalau hanya piagam dan medali, itu gampang kami tinggal koordinasi dan minta tanda tangan. Karena itu, kalau memang ingin membuat kompetisi ini lebih bergengsi, harus ada sponsor atau dukungan dana yang memadai,” tukasnya.

Baca Juga :  Terkendala Anggaran, Sinkronisasi Data BPJS PBI di Tarakan Masih Manual

Sementara itu, di kalangan masyarakat, respons terhadap maraknya lomba lari liar ini cukup beragam. Sebagian besar setuju jika balapan lari yang terjadi di jalanan bisa difasilitasi secara resmi, tetapi ada juga yang khawatir jika hal tersebut dibiarkan tanpa pengawasan yang ketat. Arif, seorang pemuda yang sering menonton lomba lari malam di Islamic Center Tarakan, mengaku ajang ini cukup menarik karena menjadi hiburan tersendiri selama Ramadan.

“Seru sih, apalagi kalau yang ikut memang jago lari, jadi ada tantangan. Tapi memang kalau sudah ada taruhan, bisa jadi masalah. Kalau bisa ada kompetisi resmi, pasti lebih bagus,” ujarnya.

Namun, berbeda dengan Arif, Fikra, seorang warga yang tinggal di sekitar area seringnya lomba berlangsung, merasa kegiatan ini mulai mengganggu ketertiban.

“Tiap malam ramai banget, kadang sampai tengah malam masih teriak-teriak. Kalau dibiarkan, nanti makin tidak terkontrol,” tandasnya. (*)

Reporter: Eko Saputra

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *