benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Sejak ditutupnya jembatan bulu perindu, Tanjung Selor karena adanya pengerjaan oprit jembatan telah memasuki tahap pengecoran badan jalan sejak 26 Februari hingga 19 Maret 2025 ditambah adanya kerusakan Jembatan Tanjung Palas usai ditabrak ponton pada Sabtu (1/3) membuat mayoritas masyarakat ingin menyebrang ke Tanjung Selor terpaksa melalui jalur Sungai Kayan.
Kegiatan ini justru memberikan ladang rezeki lebih bagi para pemilik jasa penyeberangan perahu (Tambangan) Tanjung Selor – Tanjung Palas yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman.
Penambang Perahu, Sugiyo mengatakan sejak ditutupnya jembatan Bulu Perindu penumpang yang menggunakan jasanya terbilang meningkatkan, hal itu tentu berpengaruh besar terhadap pendapatan.
“Lumayan juga lah, ada penambahan sedikit sejak jembatan Bulu Perindu ditutup,” katanya, Sabtu (1/3/2025).
Jika bisanya masyakarat Tanjung Palas dan sekitarnya lebih memilih melewati jalur darat yakni jembatan buluh perindu, untuk beberapa minggu kedepan masyarakat harus memilih menggunakan jalur alternatif.
“Yang rame itu penumpang yang membawa motor. Kalau biasanya pendapatan kita Rp 200 ribu – Rp 300 ribu, sejak ditutupnya jembatan Bulu perindu sudah mulai ramai dan penghasilan kita diatas Rp 300 setiap harinya,” ungkapnya.
Dermaga pelabuhan berwarna biru yang kemudian akrab disebut masyarakat sebagai Tambangan Toko Batu Tanjung Selor – Tanjung Palas ini beroperasi mulai dari pagi hingga malam hari.
Yakni mulai pukul 07.00 hingga 00.00 dini hari setiap harinya. Untuk tarif yang dibanderol masih sama tidak ada perubahan sejak tahun-tahun sebelumnya yaitu Rp 10.000 untuk setiap unit sepedah motor dan Rp.5000 untuk setiap penumpang tanpa kendaraan.
Untuk diketahui terdapat 11 penambang perahu yang siap melayani penumpang untuk menyebrang setiap harinya tanpa ada hari libur. (*)
Reporter: Ikke
Editor: Ramli