Ini Tiga Hal yang Merugikan Selama Puasa

benuanta.co.id, TARAKAN – Puasa di bulan Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai ibadah.

Ketua Nahdatul Ulama (NU) Cabang Kota Tarakan, Drs.KH.Abdul Samad, Lc,.M.Pd.I, dalam sebuah tausiyahnya menyampaikan, ada tiga hal yang bisa merugikan seseorang selama menjalankan puasa, yaitu rofast, fusuq, dan jahl. Ia menjelaskan rofast adalah segala bentuk perkataan kotor atau tidak bermanfaat, termasuk berbicara dengan nada kasar, berkata jorok, hingga mengobrol tanpa tujuan yang jelas.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ia tahan.” (HR. Bukhari).

Baca Juga :  Dualisme KNPI Tarakan Memanas, Aliansi Desak Pemerintah Netral

“Hadits ini menjadi peringatan menjaga lisan selama berpuasa sama pentingnya dengan menahan lapar dan haus. Banyak orang yang menjalankan puasa, tetapi tetap berkata kasar atau bergosip, sehingga puasanya tidak membawa manfaat,” ucap Abdul Samad, pada Sabtu (1/3/2025).

Selain menjaga lisan, umat Islam juga harus menjauhi fusuq, yakni segala bentuk perbuatan maksiat atau dosa. Abdul Samad menekankan, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk kezaliman dan kemaksiatan. Ia mengutip firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 197:

“Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk berhaji, maka tidak boleh berkata kotor, berbuat kefasikan, dan berbantah-bantahan selama menjalankan ibadah haji.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Baca Juga :  Antusias Warga Borong Sembako di Bazar Murah Lanud Anang Busra

“Meskipun ayat ini berbicara tentang haji, tapi maknanya juga bisa diterapkan dalam puasa. Menahan diri dari perilaku buruk adalah bagian dari penyempurnaan ibadah, sehingga seseorang yang berpuasa tetapi tetap melakukan kemaksiatan sejatinya telah merugikan dirinya sendiri,” ujarnya.

Hal terakhir yang dibahas oleh KH. Abdul Samad adalah jahl, yang bermakna kebodohan dalam bentuk sikap emosional dan tidak terkontrol. Ia mengingatkan, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Saya sedang berpuasa.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga :  Pos Polisi di Marconi Tak Difungsikan, Dishub Tarakan Pastikan Terawat

“Hadits ini mengajarkan, puasa harus menjadi sarana untuk melatih kesabaran. Banyak orang yang berpuasa tetapi tetap mudah marah dan terpancing emosi, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang lebih besar,” jelasnya.

Sebagai penutup, Abdul Samad mengajak umat Islam untuk menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Ia menegaskan, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri, bukan sekadar menahan lapar dan haus.

“Mari kita jadikan Ramadan sebagai momen untuk meningkatkan ketakwaan dan memperbaiki akhlak. Dengan menghindari rofast, fusuq, dan jahl, insyaAllah puasa kita akan lebih bermakna dan mendapat ridha Allah SWT,” pungkasnya.

Reporter: Eko Saputra

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *