Ricuh! Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pelabuhan SDF Tarakan

benuanta.co.id, TARAKAN – Penertiban para pedagang yang berjualan di Pelabuhan Tengkayu 1, Kota Tarakan berujung ricuh. Kericuan ini terjadi antara petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan para pedagang kaki lima (PK5), pada Jumat (28/2/2025).

Langkah ini dilakukan untuk memindahkan para pedagang dari ruang tunggu dan ruang kedatangan ke koridor pejalan kaki agar area pelabuhan tetap tertib dan nyaman bagi calon penumpang.

Satgas Satpol PP Kaltara, Ali Rahman, menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjaga ketertiban di area pelabuhan.

Baca Juga :  Laka Truk di Gunung Amal, Polisi Simpulkan Pengemudi Lalai

“Kami ditugaskan untuk menertibkan pedagang agar kondisi pelabuhan lebih rapi dan tidak mengganggu aktivitas penumpang,” ujarnya.

Ali Rahman juga menjelaskan bahwa sebelum penertiban, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan mengirimkan surat pemberitahuan kepada para pedagang.

“Kami sudah memberikan kesempatan kepada pedagang untuk bersiap pindah, dan lokasi baru juga telah disediakan,” tambahnya.

Meski mendapat penolakan, Ali Rahman menegaskan bahwa kebijakan ini tetap akan diberlakukan demi kenyamanan bersama.

“Jika tidak dipindahkan, ruang tunggu akan sangat terganggu saat keberangkatan dan membuat suasana pelabuhan terlihat kumuh,” jelasnya.

Baca Juga :  Pos Polisi di Marconi Tak Difungsikan, Dishub Tarakan Pastikan Terawat

Ke depan, Satpol PP Kaltara akan terus melakukan pengawasan dan menertibkan pedagang yang masih bertahan di area terlarang.

“Kami akan memastikan kawasan pelabuhan tetap tertata dan tidak mengganggu arus keluar-masuk penumpang,” tandasnya.

Sementara itu, kebijakan ini mendapat penolakan dari beberapa pedagang. Salah satunya adalah Masrianti, yang sudah lama berjualan di ruang tunggu pelabuhan. Ia mengaku khawatir lokasi baru yang ditetapkan tidak strategis dan akan berdampak pada pendapatannya.

Baca Juga :  6 Titik Posko Pengamanan Lebaran di Tarakan

“Kami sudah mencoba berjualan di tempat yang disediakan, tapi pembeli sepi. Kalau dipindah ke sana, bagaimana nasib kami,” keluhnya.

Senada dengan Masrianti, seorang pedagang lain disebelahnya, juga merasa keberatan. Menurutnya, pemindahan ini tidak sepenuhnya mempertimbangkan kondisi pedagang kecil.

“Kami hanya ingin tetap bisa berjualan seperti biasa. Kalau dipindah ke tempat yang sepi, bagaimana kami bisa bertahan,” tutupnya. (*)

Reporter: Nurul Auliyah

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *