benuanta.co.id, TARAKAN – Pembangunan penahan abrasi di pesisir Tarakan, khususnya di RT 6 hingga RT 9, terhenti tanpa kejelasan. Warga khawatir kondisi ini akan semakin parah, terutama saat air pasang dan hujan deras. Mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk melanjutkan proyek yang sempat tertunda.
Ketua RT 6, Nur Azlina Aziz, mengungkapkan bahwa abrasi di wilayahnya telah berlangsung bertahun-tahun. Namun, hingga kini belum ada upaya penyelesaian yang nyata.
“Dampaknya sangat terasa bagi kami. Saat air pasang dan ombak besar, air masuk ke rumah-rumah warga. Kami pernah berupaya mengatasi sendiri dengan memasang kayu dan mengisi karung dengan pasir sebagai penahan ombak, tetapi itu hanya solusi sementara,” katanya, Sabtu (22/2/2025).
Menurutnya, pembangunan penahan abrasi sebenarnya sudah direncanakan dan sempat dikerjakan, tetapi terhenti tanpa kejelasan.
Pengerjaan awal dilakukan di Binalatung Ujung, sekitar RT 14, sedangkan warga RT 6 hingga RT 9 masih menunggu giliran yang tak kunjung tiba.
“Sejauh ini kami belum pernah berkomunikasi langsung dengan pemerintah mengenai kelanjutan pembangunan. Kami hanya mendengar kabar pengerjaan sempat terhenti, tapi tidak tahu apa kendalanya,” tambahnya.
Selain abrasi, warga juga menghadapi masalah sampah yang terbawa ombak ke permukiman mereka. Saat banjir terjadi, air yang masuk ke rumah-rumah membawa sampah, sehingga memperburuk kondisi lingkungan.
Nur Azlina dan warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi abrasi sebelum dampaknya semakin parah.
“Kami ingin ada perubahan. Jika bisa, pemerintah turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi kami. Warga sering bertanya kapan daerah kami akan mendapat perhatian. Apalagi kalau malam terjadi gelombang besar, ombak pasti masuk,” tandasnya. (*)
Reporter: Charles J
Editor: Ramli