Di Kota Tarakan, di tengah dinamika kehidupan yang terus berkembang, seorang mahasiswi bernama Nurjannah Ridwan melangkah dengan penuh keyakinan. Sejak kecil, ia telah menyadari masih banyak anak yang haknya terabaikan, perempuan yang menjadi korban kekerasan, serta penyandang disabilitas yang dipandang sebelah mata. Alih-alih hanya mengamati, Nurjannah memilih untuk bergerak. Ia ingin menjadi suara bagi mereka yang sering kali tidak didengar.
Langkah pertamanya dimulai dengan bergabung dalam Forum Anak Nasional, di mana ia menjadi fasilitator yang memperjuangkan hak-hak anak. Perannya di forum ini memberinya kesempatan untuk berbicara langsung dengan para pemangku kebijakan, memastikan bahwa kepentingan anak-anak tidak hanya sekadar wacana. Namun, semakin dalam ia terlibat, semakin ia menyadari bahwa perjuangan ini jauh lebih besar dari sekadar advokasi.
Tak hanya vokal dalam menyuarakan perubahan, Nurjannah juga membuktikan kemampuannya melalui berbagai inovasi dan prestasi akademik. Ia meraih Juara 1 Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Provinsi Kaltara 2023 dan melanjutkan pencapaiannya dengan meraih Juara 2 di tingkat nasional pada ajang yang sama. Tahun berikutnya, ia kembali menorehkan prestasi dengan menjadi Juara 2 Inovasi Daerah Kategori Mahasiswa 2024.
Keberhasilannya dalam dunia inovasi juga didukung oleh pencapaiannya di bidang akademik. Sebagai mahasiswa Universitas Borneo Tarakan, ia mendapatkan berbagai beasiswa bergengsi, seperti Beasiswa Kaltara Unggul 2024 dan Beasiswa Prima Bank KaltimTara 2025. Bahkan, pada tahun 2022, ia terpilih sebagai Ketua Umum GenBI Kaltara Komisariat SMK 2 Tarakan, sebuah organisasi yang menaungi penerima beasiswa Bank Indonesia.
Di luar dunia akademik, Nurjannah terus bergerak untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif. Pada Januari 2025, ia dilantik sebagai pemimpin Organisasi P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) oleh Kepala BNN Kota Tarakan. Baginya, mencegah generasi muda dari bahaya narkoba bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama.
Selain itu, ia juga terlibat dalam pemberdayaan penyandang disabilitas, mendukung program Kubedistik, komunitas pengrajin batik dari kalangan disabilitas. Baginya, penyandang disabilitas tidak membutuhkan belas kasihan, tetapi kesempatan. Ia ingin memastikan bahwa mereka memiliki ruang untuk berkarya dan menunjukkan potensi terbaik mereka.
Di balik semua pencapaiannya, Nurjannah percaya bahwa perubahan tidak datang dalam semalam. Ia ingin terus berkontribusi, membangun komunitas yang lebih peduli dan memberdayakan mereka yang sering terpinggirkan. “Saya ingin menjadi contoh bagi teman-teman sebaya saya, bahwa kita tidak perlu menunggu sukses untuk berbuat baik. Kita bisa mulai dari langkah kecil yang memiliki dampak besar,” ujarnya.
Dengan segala dedikasi dan perjuangannya, Nurjannah Ridwan adalah bukti nyata bahwa inklusi bukan sekadar konsep, melainkan aksi nyata. Ia merajut keberagaman dalam satu harmoni dan menyinari jalan bagi mereka yang butuh ruang untuk berkembang. (*)
Reporter: Nurul Auliyah
Editor: Ramli