Penulis : Indra Kurniawan
Guru Olahraga SMPN 6 Tana Tidung
Terbitnya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 11 Tahun 2024 tentang Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) telah membuka peluang besar bagi daerah untuk mengembangkan sentra pembinaan atlet pelajar. Regulasi ini, yang diperkuat dengan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan Keolahragaan, menjadi landasan kokoh bagi Kabupaten Tana Tidung untuk mewujudkan PPLP.
Prestasi olahraga kini telah menjadi salah satu tolok ukur kemajuan sebuah daerah, sejajar dengan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terbukti dari berbagai daerah yang berhasil mengubah wajahnya melalui sport tourism seperti Banyuwangi, atau Kudus yang kini dikenal sebagai kantong atlet bulutangkis nasional. Setiap prestasi yang diraih atlet menjadi spotlight yang menyorot potensi daerah, bahkan menjadi magnet yang menarik perhatian investor, wisatawan, dan talenta-talenta baru untuk datang dan berkontribusi.
Dalam pembinaan olahraga daerah, PPLP hadir dengan pendekatan yang berbeda dari KONI. Jika KONI berperan sebagai koordinator event dan pembina atlet senior, PPLP bekerja dari hulu – membentuk atlet sejak dini dengan pendekatan yang komprehensif. Para atlet muda tidak hanya digembleng dalam hal teknik dan fisik, tetapi juga tetap mendapatkan pendidikan yang layak. Model pembinaan berkelanjutan ini telah terbukti melahirkan atlet-atlet tangguh di berbagai daerah.
Dalam konteks pengembangan PPLP, Tana Tidung perlu fokus pada cabang olahraga yang memiliki keunggulan kompetitif. Dayung saya usulkan sebagai pilihan utama yang sangat potensial, mengingat karakteristik masyarakat Tidung sebagai suku pesisir yang telah berabad-abad hidup berdampingan dengan sungai dan laut. Sungai Sesayap dengan karakteristik arusnya yang beragam menawarkan ‘laboratorium’ alami bagi pembinaan atlet dayung. Kearifan lokal dalam mengarungi perairan, yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, menjadi modal sosial yang tak ternilai dalam pengembangan atlet dayung masa depan.
Kemudian Pencak silat hadir sebagai opsi kedua yang menjanjikan. Berbeda dengan daerah lain yang cenderung fokus pada cabang olahraga modern, Tana Tidung bisa mengambil ceruk spesifik melalui pencak silat. Olahraga yang mengakar kuat dalam budaya lokal ini masih menjadi “tambang emas” medali di berbagai event, mulai dari tingkat pelajar hingga kejuaraan senior.
Atletik juga layak menjadi prioritas ketiga dalam pengembangan PPLP Tana Tidung. Cabang olahraga dasar ini memiliki nomor pertandingan yang beragam dan peluang medali yang besar. Dengan pembinaan yang tepat dan pemanfaatan kondisi geografis yang beragam – dari dataran rendah hingga perbukitan – untuk variasi latihan, atletik bisa menjadi tambahan portofolio prestasi yang menjanjikan.
Perpaduan antara potensi alam dan warisan budaya ini memberikan Tana Tidung keunggulan tersendiri. Dibandingkan daerah lain yang harus membangun infrastruktur mahal, Tana Tidung sudah dibekali ‘venue’ alami. Yang dibutuhkan adalah sistem pembinaan yang tepat, pelatih berkualitas, dan komitmen jangka panjang dalam bentuk PPLP.
Di level nasional, peluang bersaing terbuka lebar. Pandemi telah menciptakan kesenjangan regenerasi atlet di banyak daerah seolah menipis banyak daerah yang sudah mapan bahkan baru memulai kembali. Dengan pembinaan yang tepat melalui PPLP, dalam rentang 4-5 tahun ke depan, Tana Tidung bisa saja menempatkan atletnya di berbagai kejuaraan nasional, dengan target jangka menengah tampil di PON XXII 2028.
Kehadiran PPLP juga akan menggerakkan roda ekonomi lokal. Setiap event olahraga yang digelar membuka peluang bagi UMKM untuk bertumbuh. Hotel-hotel akan kedatangan tamu, transportasi akan lebih hidup, kuliner lokal akan semakin dikenal. Multiplier effect dari pembinaan olahraga ini akan menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih dinamis, terlebih ini akan menambah lapangan kerja baru bagi anak muda Tana Tidung yang ingin berkarir di dunia olahraga.
Status Tana Tidung sebagai Kabupaten termuda di Kalimantan Utara justru menjadi kekuatan tersendiri. Tidak ada “beban sejarah” atau “zona nyaman” yang sering menghambat inovasi di daerah mapan. PPLP bisa dibangun dengan pendekatan segar, mengadopsi praktik terbaik dari berbagai daerah, sambil tetap mempertahankan kekhasan lokal.
Momentum ini tidak boleh berlalu begitu saja. Landasan hukum sudah tersedia, potensi terbentang luas, tinggal menunggu langkah nyata. PPLP Tana Tidung harus segera diwujudkan, bukan sebagai proyek fisik semata, tapi sebagai warisan yang akan dikenang sebagai titik balik kebangkitan olahraga daerah. Melalui fokus pada cabang olahraga unggulan yang berbasis potensi lokal, PPLP Tana Tidung akan membangun identitas yang kuat dalam peta olahraga nasional. Inilah esensi pembangunan olahraga yang berkelanjutan – memadukan keunggulan alam, warisan budaya, dan visi masa depan.
Saya yakin olahraga menjadi salah satu instrument paling penting dalam upaya Tana Tidung mendapat perannya di Kalimantan Utara dan upaya berkontribusi untuk Indonesia. (rm)
Salam Olahraga..
Jaya..Jaya..Jaya..