benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Tingginya harga sayur mayur di pasar tradisional akhir-akhir ini seperti di Kota Tarakan mencapai Rp 20 ribu per ikat menjadi perhatian di kalangan masyarakat.
Menanggapi hal tersebut Kepala Bidang Ketahanan Pangan, pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Utara (Kaltara), Suhaeli mengatakan, harga sayur mayur yang naik pada dasarnya adalah mekanisme pasar. Pada prinsipnya produksi sayur mayur di Kaltara tidak pernah kekurangan.
“Contoh kasus seperti di Tarakan dan Bulungan, karena mekanisme pasar itu terjadi pedagang yang mengambil untung dan kebetulan kapal yang membawa sayur mayur tidak berangkat tentu hal tersebut memutus pasokan dari luar daerah,” ucapnya, Selasa (11/2/2025).
“Sebuah kesempatan bagi pedagang yang mengambil pasokan dari petani, sehingga petani merasa senang ketika harga sayur dinaikkan,” jelasnya.
Suhaeli mengakui untuk pasokan sayur mayur tidak mengalami kekurangan pasokan, hanya saja mekanisme pasar karena tidak adanya pasokan barang komoditi pangan yang masuk dari luar.
” Yang berkaitan dengan cuaca buruk sehingga gagal panen, hal itu tentunya tidak mengurangi produksi. Mungkin siklus produksinya terhambat tapi untuk memenuhi kebutuhan khususnya sayur kita di Kaltara masih berlebih,” ungkapnya.
Artinya, kata Suhaeli, dibeberapa daerah masih surplus apalagi seperti Tarakan, Nunukan dan Bulungan produksi sayur mayur terbilang cukup besar.
Adapun usaha DPKP Kaltara untuk mengantisipasi dinamika pasar karena yang dirugikan adalah masyarakat, kata dia, dengan melakukan pengawasan terhadap kenaikan harga pangan dan DPKP Kaltara memastikan kelancaran stok hingga distribusi sampai ke pasar.
“Kalau sudah masuk ke pasar, artinya karena pasar adalah persaingan sempurna berarti komoditi apapun yang masuk tentu penentuan harga ditetapkan oleh pedagang, kami hanya memastikan ketersediaan dan stok,” pungkasnya. (*)
Reporter: Ikke
Editor: Ramli