Wacana Jalan Kaki ke Sekolah: Begini Tanggapan Siswa, Guru dan Orang Tua

benuanta.co.id, TARAKAN – Wacana “Ayo Jalan Kaki ke Sekolah” yang digagas dinas pendidikan untuk mengurangi kemacetan di sekitar sekolah menuai beragam tanggapan dari siswa, guru, dan orang tua.

Program ini dinilai memiliki banyak manfaat, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian pihak. Respons yang muncul mencerminkan adanya pro dan kontra di masyarakat, terutama terkait efektivitas dan dampak pelaksanaannya.

Wardhani, seorang siswa SMK 1 Tarakan, menyatakan dukungannya terhadap wacana ini. Ia menilai bahwa kemacetan di depan sekolah sering kali mengganggu aktivitas siswa, terutama saat jam masuk.

“Menurutku, kalau aturan jalan kaki di sekolah diterapkan buat ngurangin kemacetan, itu bisa jadi solusi yang bagus. Soalnya sering banget tuh jalan depan sekolah jadi penuh sesak, apalagi pas jam-jam masuk sekolah,” ungkap Wardhani. Sabtu (8/2/2025)

Baca Juga :  DKUKMP Tarakan Sebut Kewenangannya Sebatas Tera Alat Ukur

Menurutnya, jika lebih banyak siswa berjalan kaki, jumlah kendaraan di sekitar sekolah akan berkurang. Hal ini dapat mengurangi kemacetan sekaligus mengurangi polusi dari asap kendaraan.

“Kalau lebih banyak yang jalan kaki, otomatis kendaraan yang lewat jadi berkurang. Jadi, jalanan bisa lebih lancar, gak ada lagi kemacetan yang bikin pusing, dan polusi juga bisa sedikit berkurang,” tambahnya.

Namun, Wardhani juga menyampaikan beberapa kekhawatiran terkait pelaksanaan program ini. Ia menyoroti pentingnya jalur khusus untuk pejalan kaki agar siswa merasa aman. Selain itu, ia mengusulkan adanya sosialisasi kepada siswa dan orang tua agar program ini berjalan lebih efektif.

“Misalnya, kalau waktunya mepet atau dipaksain banget, kita bisa jadi kelimpungan. Harusnya disediain jalur khusus buat pejalan kaki yang aman, dan perlu sosialisasi juga ke siswa dan orang tua biar semuanya ngerti pentingnya program ini,” jelasnya.

Baca Juga :  Pipa Gas Mengapung di Permukaan Laut, PT PRI Sebut Belum Ada Muatan

Senada dengan Wardhani, Rasmi S.Pd., seorang guru SMK 1 Tarakan, juga mendukung program ini. Ia menilai wacana tersebut baik untuk diterapkan, tetapi dengan beberapa catatan.

“Bagus, saya setuju. Baiknya diantar sampai depan gerbang paling depan, lalu lanjut jalan kaki. Hanya saja harus dipastikan depan gerbangnya tidak macet, karena orang tua pasti nurunin anaknya di situ,” kata Rasmi.

Di sisi lain, salah satu orang tua siswa menyatakan ketidaksetujuannya terhadap program ini. Ia khawatir program tersebut akan menimbulkan masalah baru, seperti keterlambatan siswa dan kemacetan di titik lain.

“Kalau anak disuruh jalan kaki, takutnya malah jadi terlambat. Belum lagi kalau semua orang tua nurunin anaknya di tempat yang sama, area itu pasti macet dan malah bikin masalah baru,” ujar orang tua tersebut.

Baca Juga :  Geger! Penemuan Mayat Sudah Menghitam Dalam Rumah di Kampung Bugis

Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa wacana jalan kaki ke sekolah perlu dipertimbangkan lebih matang. Fasilitas pendukung, seperti jalur aman untuk pejalan kaki, harus disiapkan agar siswa merasa nyaman. Selain itu, perlu ada komunikasi yang jelas dengan orang tua dan masyarakat mengenai manfaat program ini.

Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat, wacana ini berpotensi menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat, nyaman, dan ramah lingkungan. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada dukungan dari seluruh pihak, baik siswa, guru, maupun orang tua. (*)

Reporter: Nurul Auliyah

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *