benuanta.co.id, TARAKAN – Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perdagangan (DKUKMP) Kota Tarakan terus memberikan perhatian khusus bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tergolong rentan.
Plt Kabid Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DKUKMP Tarakan, Ardiansyah, mengemukakan berdasarkan data DKUKMP, dari total 4.934 UMKM yang terdaftar di Tarakan, sekitar 1.000 di antaranya masuk kategori rentan dan mendapatkan perlindungan khusus berupa jaminan ketenagakerjaan dari BPJS Ketenagakerjaan.
“Kami terus berupaya memberikan pelatihan, pendampingan sertifikasi halal, serta bantuan lain yang bisa meningkatkan daya saing hingga level UMKM. Namun, karena jumlah UMKM yang banyak, tidak semuanya bisa tercover,” ujarnya pada benuanta.co.id, Kamis (6/2/2025) lalu.
Ardiansyah mengemukakan, untuk memperluas jangkauan bantuan, DKUKMP juga berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata dalam mendukung UMKM yang bergerak di sektor wisata serta Dinas Perindustrian yang fokus pada usaha berbasis kerajinan.
“Kami berkolaborasi dan berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait, karena itu juga merupakan tupoksi mereka,” imbuhnya.
Ardiansyah juga menjelaskan apa yang dimaksud UMKM rentan yakni UMKM yang menghadapi risiko tinggi dalam menjalankan usahanya. Risiko-risiko tersebut dapat berupa risiko kecelakaan, kebakaran atau perubahan suku bunga.
“Ada toko kelontong, tukang cukur, warung makan kecil, usaha jahit dan permak pakaian, usaha kerajinan tangan, katering, penjual asongan, penjual gorengan, pedagang kaki lima dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Meskipun demikian, sejumlah pelaku UMKM rentan masih menghadapi kendala yang cukup berat, terutama terkait permodalan. Salah satu pelaku UMKM di Tarakan, Rohmadona, yang memiliki usaha toko kelontong, mengungkapkan harapannya agar pemerintah lebih memperhatikan akses permodalan bagi usaha kecil.
“Kami butuh modal untuk bisa berkembang. Kalau hanya mengandalkan usaha kecil-kecilan tanpa bantuan, sulit bagi kami untuk maju,” katanya.
Selain itu, Junaidi, seorang penjahit, berharap ada bantuan lebih besar dalam hal pemasaran dan pelatihan keterampilan agar produknya bisa lebih dikenal luas.
“Kami ingin terus berusaha, tapi kalau tidak ada dukungan pemasaran, produk kami sulit bersaing,” ujarnya.
Pada kesempatan yang lain, Sudirman, seorang penjual gorengan keliling, berharap ada pelatihan yang lebih spesifik sesuai bidang usaha masing-masing, serta pendampingan langsung dari pemerintah untuk memastikan usaha mereka bisa bertahan dan berkembang.
“Kalau bisa, ada pendampingan sampai usaha kami benar-benar stabil, bukan hanya pelatihan sesaat. Kami butuh bimbingan dalam pengelolaan keuangan, pemasaran digital dan cara mengembangkan produk agar bisa lebih menarik di pasaran,” tandasnya. (*)
Reporter: Eko Saputra
Editor: Ramli