benuanta.co.id, TANA TIDUNG – Pelatih karate di Tana Tidung, Nurhadia mengatakan, organisasi INKAI di KTT sudah ada sejak lama dan sempat vakum. Kemudian ia bergabung pada Desember 2009. Pada saat itu siswa yang mengikuti organisasi ini hanya beberapa orang saja. Pada 2015 hingga sekarang Nurhadia yang mengembangkan INKAI ini hingga siswanya mencapai 100 orang.
“Total keseluruhan siswa ada 100 dari TK sampai SMA, dan untuk tahun aktif ada 70-an orang,” jelas Nurhadia, Sabtu (8/2/2025).
Dia pun menceritakan kisah pilunya selama menjadi pelatih karate ini, karena selama melatih dia diberi upah per tahun Rp 1-2 juta per sekolah. Nurhadia tidak pernah meminta upah, tapi harus ada pertimbangan atas kontribusinya membangun sumber daya manusia (SDM) di KTT.
“Bahkan ada yang satu sekolah itu memberikan Rp 1 juta, itupun di potong pajak,” tuturnya.
Anak didiknya kini sudah mencapai prestasi di tingkat nasional, tapi sampai saat ini pemerintah daerah tidak pernah memperhatikannya. Mirisnya, ketika ada kejuaraan barulah pemerintah daerah mengharapkan keterlibatan anak asuhnya untuk kejuaraan.
“Bukan tidak pernah dihargai, tapi kurang menghargai, saya tidak mengharapkan imbalan, tapi paling tidak sesuailah, karena kalau menang juga bawa nama kabupatennya bukan saya,” terangnya.
Harapannya pemerintah bisa memperhatikan organisasi INKAI di KTT, minimal berkontribusi dalam proses latihan, tidak hanya ketika mau berangkat lomba, karena latihan membutuhkan proses, waktu dan biaya.
“Itu demi meningkatkan prestasi anak-anak juga biar mereka semangat, karena kalau semua saya siapkan saya rasa tidak mampu,” tutupnya. (*)
Reporter: Kurniawin
Editor: Ramli