benuanta.co.id, MALINAU – Sebanyak 29 orang, yang terdiri dari mahasiswa dan dosen dari Australia serta Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melaksanakan studi banding di Desa Wisata Setulang, Kecamatan Malinau Selatan Hilir, Kabupaten Malinau dalam rangka Program Borneo International Field Course 2025 to Tane’ Olen. Kunjungan ini berlangsung selama 10 hari sejak 1 hingga 10 Februari 2025.
Kegiatan ini diikuti oleh 19 mahasiswa dari Australia, 5 mahasiswa dari UGM, serta 3 dosen dari Australia dan 2 dosen dari UGM. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mempelajari keberagaman alam dan budaya lokal, termasuk mendengarkan suara burung enggang yang menjadi ikon khas kawasan tersebut, serta melihat langsung kegiatan masyarakat desa. Para peserta juga akan menyusun bahan paparan yang akan dipresentasikan setelah mereka kembali ke Australia.
Kepala Desa Setulang, Saleh menyambut baik kedatangan para mahasiswa dan dosen dari Australia dan UGM. Ia mengungkapkan rasa terima kasih dan kebanggaannya atas perhatian yang diberikan kepada desanya.
“Kami sangat senang bisa menerima tamu dari luar, terutama yang tertarik untuk melihat kegiatan masyarakat kami dan mencintai alam. Keindahan alam Setulang yang masih asri diharapkan dapat memberi inspirasi bagi mereka,” kata Saleh, kepada benuanta.co.id, Kamis (6/2/2025).
Selama berada di Setulang, para peserta tidak hanya terlibat dalam kegiatan akademik, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat, memahami cara hidup mereka yang kental dengan budaya dan tradisi, serta melihat langsung bagaimana mereka menjaga kelestarian alam di sekitar mereka.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kerjasama internasional dalam bidang pendidikan dan pelestarian alam, sekaligus menjadi wadah bagi mahasiswa dari kedua negara untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman mengenai keberagaman budaya dan alam.
Selain itu, Maya, seorang Mahasiswa dari Universitas Western Sydney, Australia, menyampaikan kesan mendalam setelah mengunjungi Desa Wisata Setulang di Kalimantan Utara dalam rangka Program Borneo International Field Course 2025 to Tane’ Olen. Ia mengungkapkan betapa luar biasanya tempat ini, mulai dari budaya, masyarakat, hingga keindahan alamnya yang masih sangat alami.
“Tempat ini benar-benar luar biasa. Budayanya, orang-orangnya, tempatnya, semuanya sangat mengagumkan. Aku sangat merekomendasikan siapa pun untuk datang ke sini. Kamu akan merasakan banyak hal yang tidak bisa kamu rasakan di tempat lain,” ujar Maya.
Selama berada di Setulang, Maya tidak hanya belajar tentang alam, tetapi juga mendalami budaya lokal, termasuk belajar tarian tradisional yang tidak ada di Australia.
“Aku baru saja belajar tarian tradisional yang tidak ada di Australia. Aku sangat menikmatinya. Aku telah berbondong-bondong dengan orang-orang di sini. Aku banyak mendapatkan banyak teman. Bahkan orang-orang yang aku anggap sebagai keluargaku. Semuanya sangat ajaib di sini,” tambah Maya.
Pengalaman tersebut membuat Maya merasa sangat terhubung dengan masyarakat setempat.
“Aku berharap bisa kembali suatu hari nanti, sungguh. Semuanya sangat luar biasa. Bahkan hewan-hewan dan tumbuhan serta jalan-jalan panjang dan melihat semua hal indah yang tidak bisa kulihat di tempat lain. Semuanya masih alami, seperti belum pernah disentuh sebelumnya. Semuanya sangat luar biasa dan kamu harus melihatnya,” tutup Maya dengan penuh antusiasme. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Nicky Saputra