benuanta.co.id, TARAKAN – Cuaca ekstrem yang mengakibatkan curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi belakangan ini berdampak pada harga sayur mayur yang meroket di Kota Tarakan.
Penyusun Perkembangan Harga dan Pengkajian Pasar Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP), Said Hasan menuturkan hampir semua jenis sayur di pasar tradisional harganya naik.
“Karena musim hujan sepertinya petani gagal panen, banyak juga yang tidak menanam,” ujarnya, Rabu (5/2/2025).
Ia membeberkan sayur bayam yang biasanya dibandrol dengan harga Rp 5 ribu, kini melonjak menjadi Rp 20 ribu per ikat. Selain itu, sayur kangkung juga mengalami kenaikan, dari Rp 5 ribu meningkat menjadi Rp 10 ribu.
“Tomat juga masih tinggi Rp 20 ribu, kalau cabai masih di atas Rp 70 ribu per kilogram semua,”jelasnya.
Kabid Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Tarakan, Nur Rahmi Majid membenarkan dalam kurun waktu satu bulan belakangan ini terjadi lonjakan harga sayur di pasar.
Ia menjelaskan, kenaikan harga tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrem yang mengakibatkan intensitas hujan meningkat sehingga produksi sayur menurun di pertanian.
“Memang selama satu bulan terakhir produksi menurun disebabkan oleh cuaca iklim kita yang terus menerus hujan. Jadi yang tadinya satu bedeng bisa menanam 60 pokok sayur sekarang hanya 20 pokok sayur khususnya sawi dan bayam,” jelasnya.
Dikatakan Rahmi, pihaknya telah menyampaikan harga jual kepada petani untuk menjaga stabilitas harga untuk mencegah inflasi yaitu Rp 10 ribu per ikat. Kendati demikian harga yang sampai di masyarakat mencapai Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per ikat.
“Satu ikat bisa dijual Rp 10 ribu di tingkat petani karena ketersediaan kurang, biasa mereka (penjual) membagi lagi jadi harga yang sampai ke masyarakat harga Rp 15 ribu tapi seikatnya tidak utuh dari petani,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa