benuanta.co.id, TARAKAN – Warga Kota Tarakan mengeluhkan adanya banjir lantaran air hujan tidak mengalir ke sungai yang menuju Embung Rawasari. Namun, Balai Wilayah Sungai (BWS) menyebut tata guna lahan yang signifikan jadi penyebab utama.
Ketua RT 15, kelurahan karang harapan Kota Tarakan, Sugiono menerangkan berdasarkan keterangan warga dan pengamatan yang ia lakukan, saat hujan terjadi air yang mengalir tidak melewati sungai yang berada di Embung Rawasari sehingga air meluap dan mengakibatkan banjir.
“Artinya 2 kanal ini tidak dapat menampung secara penuh jadi saya usulkan alihkan kembali fungsi sungai yang dalam atau ini dilebarkan supaya volume air banyak ke sini,” ujarnya, Selasa (4/2/2025)
Menurutnya, sungai tersebut tidak dapat lagi menampung air hujan yang turun. Ia menjelaskan keadaan banjir yang dirasakan warganya sudah mulai sejak 5 tahun belakangan ini.
“Ini usul warga terus terang saja sungai tidak mampu menampung air. Mulai banjir dari 5 tahun terakhir tetapi tidak sesering tahun 2024 hingga sekarang setiap bulan bahkan setiap hujan banjir,” ungkapnya.
Masyarakat juga meminta agar bangunan yang ada di pintu air Embung dibongkar agar memperluas aliran air sungai.
Terkait hal tersebut, Kepala BWS Kalimantan V Tanjung Selor, Mustafa menuturkan pembongkaran tidak dapat dilakukan mengingat bangunan tersebut merupakan aset negara. Ia juga menegaskan banjir yang terjadi bukan karena adanya embung yang menghalangi.
“Banjir ini terjadi karena adanya tata guna lahan yang sangat signifikan desain bangunan ini dibangun dari tahun 2015 jadi tidak ada banjir. Artinya tidak ada permasalahan setelah terjadi penggunaan lahan, hutan yang dirambah serta gunung tampungan air semakin berkurang karena permukiman dan kedua konservasi berkurang jadi hujan setengah jam membawa sedimen,” jelasnya.
Selain itu, volume sungai karena perubahan tata guna lahan kapasitasnya tidak dapat menampung air lagi. Tak hanya itu saja, banyaknya jumlah jembatan yang dibangun masyarakat menjadi penghambat air mengalir karena menampung banyak sampah.
“Ini adalah bangunan vital untuk Kota Tarakan. Masyarakat tidak melihat secara keseluruhan itu saran saja. Kalau mau dirobohkan itu adalah aset negara ini dan ini dari 2015 sampai ke 50 tahun masih sesuai,” tegasnya.
“Masyarakat merasa ini berpengaruh. Padahal karena kurangnya penyerapan air sehingga hujan langsung luncur sungai tidak dapat menampung. Kami sudah studi dan usulkan untuk menambah satu pintu supaya dilihat oleh masyarakat bahwa salah satu penyebab bukan bangunan ini,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa