benuanta.co.id, TARAKAN – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan di Kota Tarakan menjadi sorotan. Kebijakan ini, meski mendapat respons positif dari sejumlah pihak, juga memicu perdebatan terkait prioritasnya dibandingkan sektor pendidikan dan kesehatan yang tak kalah penting.
Dwi Cahyono selaku civitas akademika di Tarakan, menyampaikan makanan bergizi memang penting untuk menunjang konsentrasi belajar siswa. Namun, ia mempertanyakan apakah semua anak benar-benar kekurangan gizi. “Program ini perlu memastikan bahwa makanan bergizi diberikan kepada mereka yang membutuhkan, terutama anak-anak dari keluarga yang kurang mampu,” ujar Dwi, pada Selasa (4/2/2025).
Rita Kumalasari, civitas akademika lainnya, mengungkapkan pentingnya pemahaman yang tepat mengenai makanan bergizi. “Makanan gratis bukan berarti makanan enak, tetapi makanan sehat yang memenuhi prinsip 4 sehat 5 sempurna. Edukasi yang tepat sangat penting agar program ini dapat memberikan manfaat maksimal,” kata Rita.
Akbar, seorang profesional di bidang kesehatan, menambahkan bahwa program MBG juga berhubungan erat dengan kesehatan anak. “MBG bertujuan mengurangi kelaparan dan malnutrisi yang berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kesehatan yang baik mendukung kemampuan belajar mereka,” jelas Akbar.
Namun, Akbar juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara sektor pendidikan dan kesehatan. “Pendidikan adalah investasi jangka panjang, sementara kesehatan adalah fondasi dasar yang mendukung perkembangan anak. Keduanya saling terkait, sehingga kebijakan pemerintah perlu memperhatikan kedua sektor tersebut secara seimbang,” lanjutnya.
Ekonom: Fokus pada Anak-anak yang Membutuhkan
Pengamat ekonomi di Kaltara, Dr. Margiyono SE, M.Si, menilai anggaran yang dialokasikan untuk program ini perlu dipertimbangkan dengan seksama. “Dengan 10 ribu per porsi, apakah cukup untuk Kaltara, yang biaya hidupnya lebih tinggi dibandingkan Jawa? Penyaluran makanan ini seharusnya lebih tepat sasaran dengan mengacu pada data penduduk miskin,” ujar Margiono.
Selain itu, Margiono juga mengingatkan Pemkot Tarakan untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan dana untuk program MBG. “Harapannya program ini harus difokuskan pada anak-anak yang membutuhkan. Makanan bergizi perlu sampai ke mereka yang benar-benar kekurangan, bukan hanya disalurkan lewat sekolah-sekolah,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa program MBG ini perlu dilakukan evaluasi agar dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Program ini harus tepat sasaran, dengan memperhatikan sektor kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan untuk mencapai hasil yang maksimal bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang membutuhkan. (*)
Reporter: Nurul Auliyah
Editor: Ramli