Petani Mansapa Berharap Produksi Gabah Dilirik Perusahaan dan Bulog

benuanta.co.id, NUNUKAN – Petani gabah di Kabupaten Nunukan mengeluhkan daya beli gabah yang tidak tentu. Meski harga gabah petani lokal lebih murah dari harga yang ditetapkan nasional, namun hal itu tak berpengaruh signifikan.

Penyuluh Pertanian Wilayah Kelurahan Mansapa, Arsirahmawati R mengatakan penyebab harga gabah kering di Nunukan jauh dari harga nasional. Hal ini lantaran di wilayah Kecamatan Selatan belum ada yang membeli dalam bentuk gabah. Baik itu gabah kering panen ataupun dalam bentuk gabah kering giling.

“Jadi selama ini petani itu menjualnya dalam bentuk beras. Sementara harga beras di tingkat petani itu harganya sekitar Rp 13 ribu sampai Rp 14 ribu per kg. Jadi kalau diakumulasi dari harga beras ke gabah itu sebenarnya itu harga Rp 6.500 standar nasional,” kata Arsirahmawati kepada benuanta.co.id, Jumat (31/1/2025).

Baca Juga :  Efisiensi Anggaran dan Program MBG Diprediksi Berdampak pada Sektor Ekonomi di Tarakan

Menurutnya, harga tersebut sudah sangat sesuai namun untuk di Nunukan sendiri belum ada pedagang atau perusahaan atau Bulog yang mau membeli gabah tersebut kepada petani.

“Kalau bisa memang harus ada Bulog yang masuk ke sini untuk membeli gabah karena kalau proses untuk menjualnya dalam bentuk beras itu terlalu panjang sehingga ketika seharusnya petani sudah mulai menggarap. Tapi karena mereka masih menjemur belum menggiling baru menjualnya lagi. Makanya rentan waktunya antara panen dan menanam lagi itu agak jauh waktunya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Cegah Inflasi, KPwBI Kaltara Dorong Smart Farming

Ia menyampaikan, hingga saat ini belum ada perusahaan atau perseorangan yang membeli gabah milik petani. Bahkan, pernah ada yang membeli gabah namun harganya di bawah standar nasional.

“Itupun sebenarnya belum bisa dikatakan dijual karena itu masih dicoba dulu. Tapi kita lihat sendiri juga penggilingan di sini tidak bisa menampung banyak masih standar semua,” ucapnya.

Saat itu sebelum harga naik jadi Rp 6.500 ada yang mencoba untuk membeli sekitar 300 kilo tahun 2024 lalu dengan harga Rp 4.500 di bawah standar

Baca Juga :  Sri Mulyani yakin negara lain iri dengan tingkat inflasi RI

“Kalau gabah ini kan naik per Januari ini, jadi rata-rata yang beli gabah di petani itu tidak berlanjut juga,” akunya.

Sehingga, ia menyampaikan bahwa para petani di Mansapa berharap ada pihak perusahaan ataupun Bulog yang masuk ke Nunukan untuk membeli gabah petani. Jika harus dijual dalam bentuk beras, prosesnya memakan waktu lama. Belum lagi proses menggilingnya tidak boleh dalam jumlah banyak.

“Jadi kalau dalam bentuk beras itu, kesannya uangnya tidak kelihatan karena belum lagi beras petani harus bersaing dengan harga beras dari luar Nunukan,” jelasnya. (*)

Reporter: Novita A.K

Editor: Nicky Saputra

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *