RABU, 29 Januari 2025, menjadi hari yang memilukan oleh keluarga Tasya (21) akibat kepergian neneknya bernama Sajina (90). Pasalnya, belum hilang duka akibat meninggalnya sang ayah, kini neneknya turut pergi akibat tertimbun tanah longsoran di kamar tidurnya.
Penulis: Endah Agustina
Peristiwa longsor yang terjadi di rumahnya merupakan kejadian pertama kalinya sejak 16 tahun keluarga Tasya tinggal di RT 60 Jalan Aki Balak Kelurahan Karang Anyar. Sebelum musibah itu terjadi, Tasya seperti biasa bangun pagi dan melakukan aktivitasnya bersama anggota keluarganya yang lain.
Sementara untuk neneknya masih di kamar tidurnya. Posisi kamar tidur almarhum Sajina terletak di bagian belakang. Dekat dengan kamar mandi dan dapur. Keluarga korban sengaja meletakkan kamar tidur di belakang agar dekat dengan kamar mandi karena usia almarhum yang tak lagi muda. Apalagi, diusia senja, almarhum juga tak dapat mengingat dengan baik.
Tepat pukul 06.00 WITA, Tasya mendengar suara hantaman keras di bagian belakang. Sontak ia bersama ibunya berlari ke belakang dan terdiam melihat kamar almarhum dalam kondisi tertimbun tanah longsor.
“Suaranya keras seperti ada yang runtuh, waktu kita cek sudah tertimbun,” lirihnya.
Tasya juga berteriak mengiba memanggil nama almarhum, namun sayang tak ada jawaban atau suara sedikitpun dari neneknya. Saat hujan deras mengguyur, Tasya juga tidak terpikir ke kamar neneknya. Menurutnya, almarhum masih tidur karena keluarga Tasya juga masih berduka pasca 2 hari kepergian ayahnya.
Di usia lanjut, almarhum dinilai masih kuat untuk berjalan. Tapi, tidak sekuat manusia normal lainnya. Keluarga Tasya hanya bisa pasrah sambil menahan tangis untuk mencari bantuan. Hingga akhirnya ia pergi menghubungi Basarnas Tarakan untuk melakukan evakuasi.
Kondisi belakang rumah Tasya terdapat satu pohon besar yang sebelumnya telah di siring seadanya menggunakan kayu dan ditambah bangunan bambu. Tujuannya untuk menghalau pohon besar jika tumbang.
“Sebelumnya biar hujan deras atau apa tidak pernah sampai begini. Kemungkinan pohon itu tumbang ditambah akarnya yang tidak kuat,” ujarnya Tasya.
Saat ini, keluarga besar Tasya bertambah duka karena kepergian almarhum. Tampak anggota keluarga besar dari almarhum juga mulai berkumpul untuk memandikan dan proses pemakaman.
Kesedihannya semakin memuncak saat mengingat kata-kata terakhir almarhum. Bertepatan dengan kepergian ayah Tasya, almarhum berucap mengapa bukan ia saja yang meninggal dunia.
Sebelum kepergiannya, Tasya juga sempat menawarkan almarhum makan di malam hari. Namun, neneknya menolak dan memilih untuk tidur. Tasya mengaku sangat dekat dan sempat merasakan hangatnya kasih sayang almarhum sewaktu ia kecil. Dulu, ia dijaga dan dirawat almarhum sewaktu ibunya pergi bekerja.
“Jadi cuma makan waktu siang saja kemarin. Malamnya saya tawarin bubur kacang ijo sudah tidak mau makan. Nenek saya sudah lupa kadang lupa dengan keluarganya juga yang tinggal serumah,” bebernya.
“Dekat saya dengan almarhum, dulu saya sering sama nenek. Apalagi kalau ibu saya kerja, biasa saya dijagain sama adek saya,” pungkasnya.
Ketua RT 60 Kelurahan Karang Anyar, Sri Supatmi juga berduka akibat kepergian korban. Apalagi, korban sudah menjadi warga RT 60 sejak 2009 silam. Dengan sepenuh hati, Sri mengurus segala keperluan jenazah almarhum, mulai dari memandikan dan proses pemakaman.
Ia juga menceritakan tentang kondisi almarhum yang sudah lanjut usia. Saat ditemukan, almarhum dalam posisi meringkuk seperti melindungi diri dari hantaman bangunan akibat longsor.
“Posisinya seperti menunduk, karena mungkin sudah tua dan mau lari bingung. Kamarnya juga di belakang kan. Tahunya pas sudah ada dentuman baru keluarganya mengecek ke belakang,” tuturnya.
Di wilayahnya, memang menjadi langganan longsor saat hujan deras. Tapi, longsor di rumah almarhum baru pertama kali terjadi. Di hari yang sama, ternyata ada juga rumah warganya lainnya terdampak longsor. Tapi tak sampai ada korban jiwa.
“Korbannya hanya rumah-rumah saja, ini pertama kali ada yang meninggal. Hari ini ada lagi di daerah saya kondisinya rusak parah, keluarganya saya minta mengungsi ke keluarganya,” jelasnya.
Selama ini, Sri mengaku telah aktif mengingatkan warganya untuk waspada ketika hujan deras turun. Ia juga sudah melaporkan ke pemerintah terkait titik longsor di wilayahnya.
“Mungkin intensitas hujan yang terlalu lama, kita juga tidak bisa menyalahkan alam. Saya sudah sering peringatkan agar waspada,” pungkasnya. (rm)