benuanta.co.id, TARAKAN – Penerbangan rute Tanjung Selor – Balikpapan kembali dibuka. Maskapai Wings Air dari Lion Air Group resmi mengumumkan kabar baik tersebut dengan jadwal penerbangan 3 kali dalam satu pekan per 22 Januari 2025.
Sebelumnya, penerbangan tujuan ke Balikpapan dan rute lainnya selalu dilakukan melalui Bandar Udara Juwata Tarakan. Kini, Bandar Udara Tanjung Harapan akan mulai mengoperasikan rute ke Balikpapan setiap Senin, Rabu dan Jumat pada 10 Februari 2025. Lalu, bagaimana dampak ekonomi yang akan dirasakan di Kaltara dengan aktifnya kembali penerbangan di ibu kota?
Akademisi Ekonomi Kaltara, Dr. Margiyono, S.E., M.Si., menjelaskan diaktifkannya kembali rute ke Balikpapan di Bandar Udara Tanjung Harapan akan merubah polarisasi konsumsi masyarakat di bidang jasa transportasi udara.
Hal ini merupakan kabar baik khususnya bagi masyarakat di Tanjung Selor yang tak perlu lagi mengeluarkan biaya transit di Kota Tarakan untuk keberangkatan ke Balikpapan.
“Masyarakat Tanjung Selor lebih efisien karena tidak lagi mengeluarkan biaya speedboat, tidak juga menginap di Tarakan. Dari sisi konsumen di Tanjung Selor terdapat efisiensi pengeluaran biaya,” ujar Margiyono kepada benuanta.co.id, Selasa (28/1/2025).
Jika dilihat dari sisi pembangunan daerah, ia mengapresiasi kinerja pemerintah. Menurutnya, dibukanya kembali rute penerbangan di Tanjung Selor akan ada pemerataan penghasilan daerah di wilayah ibu kota.
Sejauh ini, Kota Tarakan selalu mendapatkan pendapatan lebih dari sisi penerbangan, lantaran Bandara Juwata Tarakan merupakan satu-satunya objek vital penerbangan yang memadai di Kaltara.
Selain masyarakat, para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di lingkungan pemerintah provinsi juga akan diuntungkan dengan dibukanya rute ini. Termasuk Forkompinda yang berkantor di Tanjung Selor.
Margiyono menyebut juga akan terdapat lapangan kerja baru dari diaktifkannya kembali rute ke Balikpapan di Bandara Tanjung Selor.
“Kita ibaratkan wilayah penyangga itu di Tanjung Selor, maka dengan dibukanya rute itu kemungkinan ekonomi di Bulungan akan menggeliat lebih cepat. Lapangan kerja baru seperti transportasi menuju bandara, atau jasa pengangkutan bagasi, kargo,” tuturnya.
Namun, perlu diperhatikan bagi pihak maskapai yang melayani rute tersebut. Apalagi, dalam jasa penerbangan pihak maskapai tentu memiliki perhitungan tentang minimum pengeluaran operasional. Minimal, dalam sekali penerbangan, terdapat perhitungan penghasilan untuk menutupi pengeluaran operasional.
“Total penghasilannya itu kan dihitung dari penumpang, kargo dan bagasi. Kalau misalnya penumpang tidak mencapai pasti pihak maskapai akan menghentikan. Selain merugikan biaya operasional, juga biaya tetap. Misalnya biaya landing, ground handling (tata operasi darat) sedikit atau banyaknya penumpang maka biayanya akan tetap sama,” jelas Margiyono.
Adapun untuk Kota Tarakan, menurutnya akan sedikit dirugikan dari sisi potensi penumpang untuk keberangkatan melalui Bandara Juwata. Jasa angkutan untuk penumpang yang transit menuju Bandara Juwata juga akan berpotensi berkurang.
“Secara mikro menurun, seperti jasa transportasi dari pelabuhan ke bandara, baik pelayanan kargo dan ground handling di Bandara Tarakan,” ungkapnya.
Margiyono juga membeberkan pandangan dampak ekonomi makro jika terdapat pengurangan kapasitas di Bandara Juwata. Menurutnya, akan terjadi pengurangan penerbangan yang akan berdampak pada harga tiket yang mahal.
“Dampaknya akan terjadi pergeseran antar wilayah dan antar sektor,” sebutnya.
Dosen ekonomi Universitas Borneo Tarakan itu memberikan masukan terkait layanan jasa penerbangan di Kaltara. Menurutnya, pemerintah perlu mengambil langkah dengan konsep komparatif adventif.
Jika selama ini wilayah yang unggul hanya Kota Tarakan, maka pemerintah harus mendukung wilayah lain untuk mengembangkan potensi yang sama. Dalam hal ini jika dibuka kembali rute penerbangan di Tanjung Harapan tak seluruhnya menganggap itu adalah yang terbaik.
“Tidak semerta-merta dibukanya rute di Tanjung Selor jadi kebahagiaan semua pihak. Bisa menjadi kekecewaan khususnya pekerja speedboat, transportasi darat mobil dan motor, hotel yang ada di Tarakan. Mungkin senyum yang ada di sana bisa jadi tangis di sini,” beber Margiyono.
Ia menyebut harus ada pembatasan jadwal terbang di Bandara Tanjung Harapan agar tak mematikan jadwal terbang di Bandara Juwata Tarakan. Hal ini menjadi PR besar Pemprov Kaltara khususnya Dinas Perhubungan Kaltara untuk bisa menjaga keberlanjutan penerbangan di Kaltara.
“Prinsipnya menjaga, jangan sampai nanti tambah rumit. Seperti berkurangnya penerbangan yang berdampak kepada harga barang di Kaltara. Penerbangannya harus dibuatkan jadwal, karena paling banyak mungkin hanya ASN. Para ASN kan hanya beberapa orang. Apalagi, penerbangan itu selalu menghubungkan adakah hubungan ekonomi dan sosial antar satu daerah dengan daerah lainnya,” pungkas Margiyono. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa