benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi hujan ekstrem akan terjadi selama periode libur Isra Mi’raj dan Imlek hingga akhir Januari Kalimantan Utara (Kaltara). Hal ini merupakan akibat fenomena La Nina lemah yang meningkatkan curah hujan di daerah tropis meningkat.
Berdasarkan data BMKG Pusat, kondisi ini masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian selatan, yang dipicu oleh berbagai faktor yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Kepala BMKG Kota Tarakan. M. Sulam Khilmi menuturkan peningkatan potensi hujan ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa kondisi atmosfer yang aktif, seperti angin Monsun Asia yang membawa massa udara lembab yang tinggi, keberadaan fenomena La Niña lemah yang meningkatkan potensi curah hujan di daerah tropis, gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini aktif di wilayah Indonesia bagian barat, serta gelombang ekuator lainnya seperti Rossby dan Kelvin yang mendorong pembentukan awan konvektif.
Selain itu, tingginya awan konvektif terbentuk di wilayah Indonesia, terindikasi dari nilai prediksi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang negatif di sebagian besar wilayah yang diprediksi akan berkontribusi pada peningkatan intensitas hujan.
“Untuk dinamika atmosfer seminggu kedepan, BMKG memantau berbagai fenomena atmosfer yang mempengaruhi cuaca di Indonesia. Angin Monsun Asia masih mendominasi pada akhir Januari, sementara potensi hujan meningkat karena MJO yang kini berada di fase 3 (Samudra Hindia Timur), La Nina lemah, serta gelombang atmosfer aktif. MJO secara spasial diprediksi berada di wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara, memicu hujan lebat hingga ekstrim selama 7–10 hari ke depan,” jelasnya, Selasa (28/1/2025).
Menurutnya, Fenomena ini diperkuat dengan gelombang atmosfer yang membantu pertumbuhan awan konvektif di berbagai daerah.Gelombang Rossby Ekuator bergerak ke barat, meluas dari Sulawesi hingga Kalimantan, memicu peningkatan curah hujan di kawasan tersebut.Gelombang Kelvin juga terpantau di wilayah timur Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan bagian Utara, Sulawesi Bagian Utara, Jawa, Bali, NTT, NTB, dan Maluku Utara.
Tak hanya itu saja, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia Barat Daya Lampung, Laut Natuna, Laut Halmahera, dan Laut Arafuru menciptakan daerah konvergensi di Jawa, Kalimantan Bagian Selatan, Maluku, dan Papua Selatan. Sedangkan, daerah belokan angin di Sumatera Selatan hingga Papua turut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Khilmi menjelaskan cuaca selama periode 25 hingga 30 Januari 2025 di Indonesia umumnya hujan ringan. Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, berpotensi terjadi Hujan Sedang hingga Lebat: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua dan Papua Selatan.
“Hujan lebat hingga sangat lebat terjadi di beberapa wilayah seperti, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat,” ungkapnya.
“Oleh karena itu kami mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai petir, berhati-hati terhadap jalanan licin yang berpotensi membahayakan keselamatan, siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja, dam Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Nicky Saputra