benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Perayaan Imlek merupakan tradisi tahunan yang sangat penting bagi etnis Tionghoa.
Tahun ini perayaan tahun baru Imlek 2579 Kongzili jatuh pada tanggal 29 Januari 2025. Saat merayakan Tahun Baru Imlek, ada beberapa tradisi dan pantangan yang diyakini bisa mempengaruhi keberuntungan di tahun yang baru.
Pasalnya, masyarakat Tionghoa masih kental dengan budaya dan tradisi yang apabila pantangan dilanggar saat pelaksanaan Tahun Baru Imlek, akan memengaruhi keberuntungan seseorang di sepanjang tahun.
Baik dalam hal rezeki, kesehatan, jodoh atau keberuntungan lainnya. Sebab melanggar pantangan saat Imlek diyakini dapat mendatangkan kesialan atau membuang keberuntungan seseorang.
Adapun salah satu larangannya ialah menyapu saat menyambut pelaksanaan Tahun Baru Imlek. Pasal menyapu menjadi salah satu hal yang sangat pantang dilakukan saat Imlek, karena dianggap dapat menyapu kekayaan.
Hal ini disampaikan Ketua Pelestarian Tradisi Tionghoa Tanjung Selor, Satya Bahari, kegiatan menyapu adalah kegiatan membuang sampah yang dalam kepercayaan Tionghoa juga melambangkan membuang keberuntungan atau nasib baik dari rumah.
“Saat tutup tahun atau ketika akan menyambut Tahun Baru Imlek kita dilarang untuk nyapu, karena dalam kepercayaan kita membuang sampah melambangkan membuang keberuntungan atau nasib baik dari rumah,” sebut Abay sapaan akrabnya Jumat, (24/1/2025).
Selain dilarang menyapu, beberapa pantangan lainnya juga disarankan agar tidak dilakukan saat menyambut Tahun Baru Imlek nanti. Terutama rutinitas dalam budaya Tionghoa seperti larangan mandi dan mencuci kepala atau keramas.
“Biasanya kalau Tahun Baru itu hari pertama yakni tanggal 29 itu adalah hari indeks, nah pada hari ini kita dilarang menyapu rumah, mandi bahkan keramas juga. Karena membersihkan rumah dan badan sama artinnya membiarkan Rezeki keluar begitu saja,” jelasnya.
Namun di hari berikutnya yakni tanggal 30 Januari sudah dapat diartikan sebagai awal tahun sehingga sudah diperbolehkan untuk melaksanakan aktivitas pada umumnya.
“Kalau awal tahun itu sudah boleh, kita boleh berpergian boleh menyapu juga. Sebenernya kenapa dilarang saat tanggal 29 atau pas tutup tahun, karena itu waktu kita kumpul dengan keluarga, jadi baiknya kita manfaatkan waktu itu,” tuturnya.
Meskipun demikian, tradisi tersebut diakuinya telah tergerus oleh budaya dan kepercayaan di Indonesia. Namun sebagai warga Tionghoa, Abay mengatakan tradisi tersebut masih banyak diyakini oleh etnisnya. (*)
Reporter: Ikke
Editor: Yogi Wibawa