Yandi Wanobe Ajak Masyarakat Kaltara Bersatu Pasca Pilkada

benuanta.co.id, BULUNGAN – Didapuk menjadi salah satu narasumber pada seminar kebangsaan bertema Merangkai Keberagaman Masyarakat Kalimantan Utara Pasca Pilkada 2024, pendeta kondang Yandi Wanobe didatangkan langsung dari Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara), Yandi Wanobe lebih banyak memberikan pencerahan dengan gaya bahasa ringan dan terkadang ada unsur lucu di dalamnya.

Ditemui usai seminar kebangsaan, Yandi Wanobe mengatakan ada beberapa poin penting yang disampaikan dalam forum terbuka itu. Di antaranya masalah perbedaan pilihan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) hal yang wajar.

Baca Juga :  Jumlah Guru di Kaltara Masih Kurang

“Walaupun pilihan politik berbeda, bukan berarti perbedaan itu bukan sesuatu yang memaksa kita untuk bertengkar, berkelahi dan sebagainya,” tutur Yandi kepada benuanta.co.id, Kamis, 23 Januari 2025.

Kata dia, perbedaan itu sendiri merupakan potensi yang baik untuk membangun sesuatu yang lebih baik kedepan. Terlebih saat memberikan materi kepada para hadirin mengatakan siapa yang tidak mencintai perbedaan maka tidak pantas untuk hidup didunia.

Baca Juga :  Aset Bermasalah, Pemprov Kaltara Minta Diselesaikan Sebelum Diserahkan

“Kenapa demikian, dikarenakan sejak awal fakta menunjukkan sesuatu yang berbeda. Ada atas bawah, kiri kanan, laki-laki dan perempuan maka kita hidup ditengah-tengah perbedaan,” terangnya.

Dalam konteks pilkada kata Yandi, akan ada pasangan yang akan menang dalam kontesasi pemilihan. Tapi bukan masalah menang atau kalah, yang harus disikapi adalah bersama-sama membangun daerahnya.

“Yang terpenting untuk selanjutnya dilakukan mari menikmati hasil kepemimpinan dari mereka yang sudah terpilih,” ucapnya.

Baca Juga :  Pantai Mangkupadi Berpotensi jadi Pariwisata Hiburan Seperti di Bali

Poin penting lainnya yang sempat disinggung adalah politik uang, dia menjelaskan jangan sampai ini dilakukan karena orang lain akan menarasikan yang ikut pilkada atau pemilihan umum (Pemilu) harus mempunyai uang.

“Akhirnya ada upaya untuk saling memanfaatkan, masyarakat memanfaatkan mereka yang mau berkontesasi. Lalu yang ikut kontestan akan memanfaatkan masyarakat,” pungkasnya. (*)

Reporter: Heri Muliadi

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *