benuanta.co.id, TARAKAN – Sepanjang tahun 2024 mulai dari 1 Januari hingga 11 Desember, sebanyak 182 kejadian kebencanaan dengan 7 jenis kebencanaan ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan.
Kejadian kebencanaan tersebut didominasi oleh banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Selebihnya yaitu, gempa bumi, kebakaran permukiman kecelakaan laut dan lain-lainnya.
“Kalau kita mengklasifikasikan kejadian di Kota Tarakan akibat cuaca ekstrem berdampak pada hujan lebat, frekuensinya tinggi dan mengakibatkan banjir, genangan, longsor dan kayu tumbang. Ini yang sangat banyak terjadi di Tarakan,” ujar Kepala BPBD Kota Tarakan, Yonsep, Rabu (11/12/2024).
Ia menjelaskan karhutla dalam tahun ini intensitasnya terjadi dari Juli sampai Agustus 2024 yaitu pada musim kekeringan. Sedangkan pada September sampai Desember 2024 terjadi musim hujan sehingga Karhutla menurun.
Dari 182 kejadian kebencanaan tersebut, tentu memiliki dampak sehingga memakan korban jiwa di masyarakat. Yonsep membeberkan, terdapat 451 jiwa yang terdampak sepanjang tahun 2024. Sedangkan untuk korban jiwa terdapat 3 orang yaitu korban bencana kebakaran bangunan.
“Yang meninggal baru-baru ini di bulan Desember ada 3 orang, tetapi itu bentuk laporan korban. Kalau masalah kebakarannya ditangani Satpol-PP dan PMK,” ungkapnya.
Kejadian kebencanaan ini tercatat meningkat dari tahun 2023 lalu yang hanya ada 172 kejadian. Bahakan lokasi atau titik-titik kejadian kebencanaan pun ikut meningkat. Ia membeberkan beberapa titik rawan kebencanaan semakin meningkat di tahun 2024.
“Sudah berubah yang tadinya Mamburungan tidak masuk dalam kondisi rawan bencana malah meningkat terutama untuk fasilitas umum. Karena jalan jalan di mamburungan itu perbukitan jadi sekarang lebih rawan. Itu berdampak pada masyarakatnya. Pertama kalau untuk banjir dan longsor Karang Anyar, Kampung 1, Pamusian, Sebengkok, sekarang ada peningkatan titik termasuk Kampung Empat, Karang Anyar Pantai. Bertambah Juata Kerikil, Juata Permai,” jelasnya.
Peningkatan jumlah titik rawan ini terjadi karena adanya pertumbuhan penduduk yang memicu peningkatan pembangunan di Kota Tarakan. “Dengan kebutuhan pembangunan sehingga membangun sangat tinggi dan orang membangun tidak berfikir kesana yang penting bisa membangun rumah,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa