benuanta.co.id, TARAKAN – Penyelundupan orang berkedok Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Malaysia di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) kerap dilakukan melalui Kabupaten Nunukan.
Sebulan belakangan, Polda Kaltara turut meringkus 22 tersangka Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang mengaku memberangkat korbannya melalui jalur laut dari Nunukan.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan, Adrian Soetrisno mengatakan, keberangkatan PMI ilegal diketahui melalui 2 jalur, yakni jalur resmi dan tidak resmi. Sepanjang 2024, pihaknya juga telah menggagalkan sebanyak 2.045 orang yang akan berangkat secara ilegal.
“Di Nunukan ini banyak jalur tidak resmi, banyak jalur-jalur tikus tanpa paspor pun mereka bisa sampai ke Tawau,” jelasnya, Jumat (22/11/2024).
Adapun pihaknya melakukan pemeriksaan secara detail terhadap penumpang yang akan berangkat di counter Imigrasi yang ada di pelabuhan penyeberangan internasional. Rerata, para korban juga bekerja sama untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya ke luar negeri.
“Berbagai macam modus mereka, tapi dengan wawancara mendalam petugas kami mendapatkan keterangan dari penumpang bahwa tujuannya bekerja di luar negeri. Jadi kami tunda keberangkatannya,” bebernya.
Setelah mengetahui adanya penumpang yang hendak bekerja namun tidak memenuhi dokumen resmi, Imigrasi Nunukan langsung berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Kaltara agar dapat dilakukan pendataan.
“Paspor itu rata-rata terbitnya di luar Kaltara, ada juga yang terbit di Nunukan. Pas buat paspor tujuannya tidak untuk bekerja, namun kita perhatikan beberapa kali perjalanan satu bulan kembali lagi begitu seterusnya,” tutur Adrian.
Petugas Imigrasi juga dihadapkan dengan dalih korban TPPO yang menyebut keberangkatannya ke Malaysia lantaran urusan keluarga. Hal ini dikarenakan, wilayah Nunukan merupakan daerah Indonesia yang berbatasan langsung Malaysia. Sehingga sudah terdapat kedekatan antara warga Malaysia dan Indonesia.
“Alasannya katanya ada keluarga yang nikah, ada yang meninggal keluarganya. Itu adalah alasan kemanusiaan, sehingga kita juga berikan paspor. Tapi kita lihat riwayat perjalanannya, jadi bisa kita pastikan mereka ini pekerja,” tandasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa